DNA Petani

MEPNews.id – Negeri kita tercinta ini, Indonesia yang kaya raya dengan keanekaragaman SDA yang luar biasa, semua ada dan tersedia di bumi persada bangsa. Tak heran bila oleh Koes Plus, anugerah SDA itu diabadikan dalam lirik lagu, bagaimana deskripsi atas kemolekan tanah Nusantara sebagai kolam susu. Bahkan tongkat kayu yang ditancapkan pun bisa tumbuh, saking suburnya tanah negeri kita tercinta.

Orang bilang tanah kita tanah surga. Sebuah lirik bermajas indah serta memang cocok dengan realitas yang ada. Sungguh begitu suburnya tanah Nusantara. Hingga segala macam tanaman bisa tumbuh serta ada di bumi pertiwi. Keanekaragaman flora dan fauna juga sangat banyak luar biasa, bahkan saking besar serta luasnya hutan hujan tropis di Indonesia, sampai bangsa ini mendapat predikat sebagai paru-paru dunia.

Sekelumit cakupan atas fakta-fakta tersebut sifatnya luas, kemudian di sisi lain bila kita mau menengok sejarah kejayaan rempah-rempah yang dulu pernah menjadi primadona. Komoditi rempah-rempah yang banyak tumbuh di setiap wilayah Nusantara, dari dan karena kualitas rempah-rempah yang bermutu tinggi lantas menarik bangsa luar kemudian menjajah bangsa kita dahulu kala.

Semua realitas demikian, sungguh menjadi penandas bila para leluhur kita dahulu merupakan petani tangguh. Para penjajah tanpa didukung tenaga serta keuletan para pribumi petani maka hasil rempah-rempah tak mungkin pernah bisa melimpah. Oleh karena itu, jika kita ingat serta paham betul dengan siapa sejatinya leluhur kita tersebut. Maka kita perlu mencermati sejarah, kita mesti membaca secara akurat peristiwa masa silam. Kita tidak boleh abai terhadap fakta yang menyebutkan bila leluhur kita dahulu adalah petani hebat.

Bangsa penjajah tidak bisa bercocok tanam, mereka tidak mengerti ilmu bertani. Mereka hanya bisa memerintah dan menyuruh. Yang punya ilmu serta menguasai soal bercocok tanam plus bertani adalah para pribumi, mereka para pribumi yang dipaksa disuruh adalah selaku leluhur kita.

Untuk itu, sungguh ironis bila kita pada dewasa ini merasa sungkan bila harus bersinergi kembali apalagi memutuskan hendak fokus larut ke bidang pertanian dan atau perkebunan. Sebab pada prinsipnya, leluhur kita itu petani hebat, bangsa penjajah tak punya reputasi apa-apa tanpa kemampuan bertani leluhur kita. Dan kita mestinya berterima kasih pada para petani, tanpa mereka mungkin kita tidak bisa dan kenal dengan apa itu nikmatnya makan nasi.

Terkait hal itu, maka DeDurian Park hadir menyapa berkomitmen kepada siapa pun yang ingin kembali mengenang lalu merasakan bagaimana proses bertani plus berkebun yang sejatinya cukup menyenangkan itu, bagi yang berkenan lalu sudi untuk dirangkul oleh DeDurian, pastinya Anda tak harus beralih profesi serta tak harus jadi petani, sebab di DeDurian Park, Anda merupakan pemilik lahan, Anda bisa mengikuti proses melihat, menanam, merawat, hingga memanen dengan menyatu bersama-sama dalam ikatan berjamaah guna memakmurkan bumi Allah. Kelak setelah berjamaah bersama dalam satu frekuensi yang seirama, kita pun pasti sanggup menjadi penentu peradaban bangsa ini ke depannya.( Aditya Akbar Hakim )

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.