MEPNews.id – Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menghasilkan doktor baru. Dr Indah Kurniawati ST MT dinyatakan lulus dalam sidang terbuka promosi doktor, Kamis 15 Agustus 2019, dengan disertasi berjudul ‘Pemodelan Kanal Radio HF Skywave Multipath Multimode di Daerah Lintang Rendah’.
Dalam disertasinya, doktor ke-124 dari Departemen Teknik Elektro yang lulus dengan predikat sangat memuaskan ini menjabarkan berbagai hal menarik yang masih luput dari perhatian publik.
Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya ini mengaku lega setelah menyelesaikan sidang. Terlebih, ia menjalani program doktoral selama 12 semester (enam tahun). Waktu yang cukup panjang dan penuh perjuangan.
Tentang desertasinya, Indah mengaku mendapatkan inspirasi dari banyaknya bencana alam destruktif beberapa waktu terakhir. Dalam kondisi tersebut, radio amatir frekuensi tinggi atau high frequency (HF) dianggap memiliki peranan sangat penting.
Hal ini karena media propagasi (penyebaran sinyal dari satu tempat ke tempat lain, red) kanal radio HF adalah lapisan ionosfer. “Lapisan ini tidak terpengaruh oleh bencana di permukaan bumi,” jelas perempuan kelahiran Tulungagung ini.
Topik yang diambilnya dalam disertasi ini menarik dan memiliki manfaat bagi banyak orang. Terlebih, radio HF kerap digunakan sebagai komunikasi darurat jika terjadi bencana. Selain mudah digunakan, HF juga pas jika dijadikan sebagai penyalur informasi di berbagai medan rumit. Misalnya; di perahu nelayan, zona bencana, dan beberapa tempat lain.
Perempuan yang menempuh gelar sarjana, magister, dan doktoral di ITS ini mengungkap, topik disertasi telah diuji di kawasan terpencil Ternate dan Merauke. Ia berharap model HF buatannya bisa dikembangkan hingga ke desain komunikasi digital HF.
“Masyarakat, khususnya di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T), sangat memerlukan bantuan komunikasi alat ini. Ketika saya mengambil data di Papua, di situ saya merasakan sendiri betapa susahnya berkomunikasi dengan unia luar,” ujarnya prihatin.
Doktor dengan dua publikasi jurnal ilmiah terindeks Scopus ini menjelaskan, HF hanya digunakan untuk menyalurkan suara. Ketika dapat mengirimkan pesan-pesan sederhana antarpulau, maka masyarakat sekitar tentu akan menikmati manfaat komunikasinya.
Indah menganggap Indonesia itu unik karena berada di daerah lintang rendah geomagnetis. “Indonesia memiliki variasi yang rumit jika digunakan untuk berkomunikasi secara luas. Tapi, justru di situ lah tantangan bagi kita semua.”
Menurutnya, perairan 3T lebih rawan dibanding daerah lain. Beberapa hal penyebabnya antara lain akses yang sulit, medan yang belum familiar, hingga pengawasan yang kurang. Tidak jarang, kawasan seperti itu menjadi lokasi favorit bagi penangkap ikan ilegal.
Ketika Indah dan rekannya mengambil data di perairan Ternate dan Merauke yang termasuk 3T, mereka menemukan padatnya aktivitas penggunaan radio. Tak jelas penggunanya apakah orang yang benar atau orang yang tidak beres.
Menurut mahasiswi bimbingan Prof Gamantyo Hendrantoro ini, jika dikembangkan lebih dalam lagi maka topik disertasinya mampu meminimalisasi jumlah penangkap ikan ilegal. Tentunya, ini juga menjaga wilayah NKRI dan keutuhan ekosistem laut di daerah 3T.
Hal ini pun tidak dibantah oleh pimpinan sidang, dosen promotor, serta penguji yang menilai sidang terbuka ini. Justru peserta sidang yang hadir, terlihat semakin antusias memperhatikan penjelasan yang disampaikan Indah. (HUMAS ITS)