MEPNews.id – Pembelajaran modern mengharuskan adanya aktivitas yang tidak hanya pada anak didik atau pendidik namun keduanya terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, keikutsertaan orang tua peserta didik sesekali waktu dibutuhkan agar terjadi matching tentang bagaimana pembelajaran dilakukan, bagaimana memposisikan dan menperlakukan putra-putrinya secara ramah dan berkemanusiaan. Kondisi ini tidak sekedar membawa anak pada kecerdasan intelektual, melainkan juga membawa anak didik pada kecerdasan menyeluruh atau majemuk (multiple intelligence). Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, menyebut kecerdasan majemuk itu meliputi kecerdasan bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinaesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits) dan eksistensial (existential).
MI Salafiyah Prambontergayang di Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, menyadari bahwa untuk membantu dan mengantarkan anak menghadapi kehidupan tentu harus dipersiapkan sejak dini. Karenanya, mengawali kegiatan peserta didik baru, madrasah membawa anak didiknya ke Bumi Perkemahan Kambang Putih untuk melakukan out bond yang diikuti 38 peserta didik baru.
Acara out bond ini dilaksanakan pada Jumat 26 Juli 2019, dan dibuka pada 08.00 WIB oleh M. Yazid Mar’i, M.Pd.I yang bertanggung jawab pada kurikulum. Dalam sambutanya ia menyatakan, “Setiap orang adalah unik. Masing-masing memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan yang lain. Perbedaan ini selalu nampak dalam berbagai kondisi, termasuk ketika di dalam kelas. Seorang pendidik yang menemani peserta didik, misalnya, akan berhadapan dengan perbedaan ini. Salah satu jenis perbedaan yang bisa dilihat adalah kepemilikan atas kecerdasan majemuk yang berbeda.”
Kemudian acara diserahkan sepenuhnya kepada guru kelas 1 dan pembina out bond yang dikomandani oleh Didik Darmadi, S.Pd.
Setelah melakukan beberapa jenis permainan, anak didik diajak langsung ke Museum Kembang Putih. Menurut Muhari, S.Pd.I selaku guru kelas 1, tujuannya untuk membiasakan anak mengenali peninggalan bersejarah kota Tuban, dengan harapan anak-anak dapat mencintai sejarah kotanya.
Muhari mengingatkan, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya.”
(M. Yazid)