MEPNEWS.ID-Semangat STAIMAS Wonogiri untuk berkontribusi dalam diskursus keilmuan global terus menguat. Melalui Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), kampus ini sukses menggelar Webinar Internasional bertajuk “Global Islamic Educational Thought: Traditions, Transformations, and Contemporary Challenges”, pada Rabu (22/10/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh 87 peserta dari berbagai kota di Indonesia serta beberapa negara sahabat, menandai komitmen STAIMAS dalam memperluas jejaring akademik internasional di bidang pendidikan Islam.
Dalam sambutannya, Ketua STAIMAS Wonogiri, Atik Nurfatmawati, S.E., M.I.Kom., menyampaikan apresiasi terhadap antusiasme peserta dan para pemateri.
“Semoga acara ini menjadi wadah pengembangan pengetahuan dan refleksi bersama atas tantangan pendidikan Islam di era global,” ujarnya.
Webinar ini menghadirkan empat narasumber dari latar akademik dan negara yang berbeda, yang mengulas pemikiran pendidikan Islam dari aspek tradisi, transformasi, dan tantangan kontemporer.
Pembicara pertama, Taufiq Amin Nur Wijaya, S.Pd.I., M.A., mahasiswa program doktoral di Universitas Delhi, India, mengulas perjalanan panjang pendidikan Islam di India. Ia menjelaskan bahwa sejak masa klasik, pendidikan Islam di India berkembang melalui dua jalur utama: laut dan darat. Kurikulum pada masa itu berpusat pada ilmu-ilmu agama seperti fikih, tafsir, dan hadis, dengan bahasa Arab, Persia, dan Urdu sebagai medium utama pembelajaran. Ia juga menyoroti metode tradisional seperti hafalan, perdebatan (munāẓarah), dan transmisi lisan antara guru dan murid sebagai fondasi keilmuan Islam di Asia Selatan.
Pemateri kedua, Muhammad Irfan Fadoli, M.Pd., dosen Politeknik Negeri Banjarmasin, menyoroti transformasi pendidikan Islam yang kini semakin dipengaruhi oleh modernisasi kurikulum dan digitalisasi pembelajaran. Ia menyebut konsep heutagogy—pembelajaran mandiri berbasis teknologi—sebagai fase baru dalam dunia pendidikan Islam. “Transformasi justru bisa menjadi peluang, bukan ancaman, jika dikelola dengan bijak,” ujarnya.
Sementara itu, Lutfi Fadilah, M.Pd., mengangkat tema Rekonstruksi dan Reorientasi Paradigma Pendidikan Islam. Ia menegaskan pentingnya pendidikan Islam untuk bersifat holistik, mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan nilai spiritual. “Santri masa depan harus menjadi duta moderasi dan toleransi, bukan hanya penghafal teks, tetapi penggerak perubahan sosial,” tegasnya.
Sesi terakhir dibawakan oleh Dr. Asep Awaluddin, M.Pd., yang menyoroti pentingnya integrasi antara nilai spiritual dan kemajuan teknologi. Ia menekankan perlunya evolusi berkelanjutan dalam sistem pendidikan Islam agar mampu menjawab tantangan zaman digital tanpa kehilangan esensi moral dan etika. “Sinergi antara ulama, akademisi, dan pemerintah adalah kunci membangun sistem pendidikan Islam yang unggul dan berkelanjutan,” tuturnya.
Melalui forum ilmiah internasional ini, STAIMAS Wonogiri menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan ruang dialog akademik lintas negara. Bagi kampus yang tengah berkembang pesat di selatan Jawa ini, kegiatan seperti ini bukan hanya sekadar webinar, tetapi jembatan untuk memperluas cakrawala dan memperkuat posisi STAIMAS dalam percakapan global tentang masa depan pendidikan Islam.



POST A COMMENT.