Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – “Lihat deh, Es, betapa damainya anak kita saat tidur. Kadang saya cuma duduk di sini, mendengarkan suara napasnya yang lembut,” kata seorang sahabat saat retreat liburan akhir tahun.
“Saya juga sering begitu, Rin. Rasanya seperti pengingat bahwa mereka sehat dan ada di sini bersama kita. Kadang aku lupa bersyukur untuk hal-hal kecil seperti ini,” saya menimpali.
“Iya, setuju. Suara napas mereka itu seperti melodi yang bikin hati tenang.”
“Benar banget. Nafas anak saat tidur ternyata juga mengoordinasikan gelombang otak untuk memperkuat memori. Sungguh, rasanya seperti keajaiban.”
………..
Pembaca yang budiman, kadang kita lupa bersyukur atas hal-hal yang sangat biasa karena terlalu fokus pada hal-hal yang dianggap besar dan rumit. Bernafas adalah hal kita lakukan setiap saat sehingga kadang kita sampai tidak teringat untuk mensyukurinya.
Selain penanda kita masih hidup, nafas ternyata berpengaruh pada kemampuan otak kita. Pernapasan, saat kita tidur, mengoordinasikan gelombang otak hipokampus untuk memperkuat memori.
Untuk pertama kalinya, hubungan antara ritme pernapasan saat tidur dengan gelombang otak hipokampus ditemukan oleh para peneliti dari Northwestern University di Chicago, Amerika Serikat.
Para ilmuwan sebelumnya mencatat tiga gelombang otak yang disebut slow, spindles dan ripples. Mereka mengetahui gelombang ini terkait dengan memori, tetapi mereka belum paham betul apa yang mendasarinya.
Christina Zelano, profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Feinberg, Northwestern University, menjelaskan, tiga osilasi saraf khusus muncul dan tersinkronisasi di hipokampus selama kita tidur untuk bisa memperkuat memori.
Tapi, sebelumnya, tiga osilasi itu masih dianggap datang dan pergi begitu saja pada waktu acak.
Hasil penelitian mereka menemukan bahwa osilasi itu dikoordinasikan oleh ritme pernapasan. Osilasi hipokampus terjadi pada titik-titik tertentu dalam siklus pernapasan. Ini menunjukkan, pernapasan adalah ritme penting untuk konsolidasi memori yang tepat selama kita tidur.
Andrew Sheriff, mahasiswa pascadoktoral di lab Zelano yang juga menjadi tim peneliti, mengungkapkan konsolidasi memori itu bergantung pada orkestrasi gelombang otak selama tidur, dan proses ini sangat erat kaitannya dengan pernapasan.
Saat tidur, otak kita secara aktif memutar ulang pengalaman yang kita alami sebelumnya. Hipokampus memainkan peran utama dalam membentuk peta area baru dalam otak untuk mengingat. Saat kita bangun dan merasa memiliki gambaran yang lebih baik tentang sesuatu, itu karena osilasi yang terjadi selama tidur.
Penelitian tim Northwestern University ini memiliki implikasi penting untuk gangguan pernapasan saat tidur. Misalnya, sleep apnea bisa dikaitkan dengan konsolidasi memori yang buruk. Maka, orang dengan gangguan pernapasan saat tidur perlu mencari penyembuhan.
“Ketika tidak tidur, otak akan menderita, kognisi juga menderita, maka kita bisa menjadi linglung,” kata Sheriff.