Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – Suka main sepakbola? Bagus. Suka jika kepala Anda kena bola? Kalau memang sudah siap dan tujuannya mengontrol bola, mengoper bola, atau mencetak gol, mungkin bagus juga. Tapi, kalau kepala keseringan berbenturan dengan bola, apalagi dalam kondisi tidak cukup siap, tentu ada risiko bahayanya.
Bahkan, menurut penelitian di Amerika Serikat, sundulan kepala saat main sepakbola dapat menyebabkan kerusakan otak yang lebih parah daripada yang diperkirakan sebelumnya. Nah, hati-hati ya dengan apa pun yang menghantam kepala.
Penelitian ini dilakukan Michael L. Lipton MD PhD, profesor radiologi di Columbia University Irving Medical Center di New York. Ia dibantu peneliti lain yakni; Bluyé Demessie AB MS, Walter F. Stewart PhD, Richard B. Lipton MD, Molly E. Zimmerman PhD, Mimi Kim ScD, Kenny Ye PhD, Thomas Kaminski, dan Roman Fleysher PhD. Hasil penelitiannya dipresentasikan pada pertemuan tahunan Radiological Society of North America (RSNA) 1-5 Desember 2024.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah penelitian menunjukkan hubungan antara benturan kepala yang berulang dengan timbulnya penyakit neurodegeneratif antara lain ensefalopati traumatik kronis (CTE). Benturan kepala yang berulang dalam olahraga bisa menimbulkan kekhawatiran efek samping yang baru terasa di waktu mendatang.
Ada kasus-kasus pemain sepakbola mengalami cedera pada materi putih otak. Maka, Dr Lipton dan rekan-rekannya menggunakan pendekatan baru terhadap teknik pencitraan otak. Mereka menggunakan MRI difusi untuk menganalisis mikrostruktur yang dekat dengan permukaan otak.
Dengan alat itu, para peneliti membandingkan MRI otak dari 352 pemain sepakbola amatir pria dan wanita berusia antara 18 – 53 tahun, dengan MRI otak dari 77 atlet non-benturan kepala, misalnya atlet lari atau renang.
Hasilnya?
Pemain sepakbola yang sering menyundul dengan posisi tinggi mengalami kelainan pada materi putih otak yang berdekatan dengan sulkus yang merupakan alur dalam di permukaan otak. Kelainan paling menonjol terjadi di lobus frontal otak. Ini area yang paling rentan kerusakan akibat trauma atau sering terbentur saat sundulan bola.
“Analisis kami menunjukkan, kelainan materi putih yang disebabkan sundulan bisa menyebabkan kinerja kognitif lebih buruk,” kata Dr Lipton.
Yang menarik, sebagian besar peserta penelitian tidak merasa pernah mengalami gegar otak atau didiagnosis mengalami cedera otak traumatis. Hal ini menunjukkan, benturan kepala berulang tidak mengakibatkan cedera serius pada saat kejadian namun tetap dapat memengaruhi otak jangka panjang.
Penelitian tim Dr Lipton ini mengidentifikasi kelainan struktural otak akibat benturan kepala berulang pada atlet yang sehat. Kelainan ini terjadi di lokasi yang paling khas untuk kasus-kasus CTE. Efeknya pada menurunnya kemampuan kognitif dan dapat memengaruhi fungsinya di masa mendatang.
Bukan cuma sundulan sepakbola, hasil studi ini juga relevan dengan cedera kepala akibat olahraga kontak langsung lainnya. Misalnya, pada tinju, MMA, dan sejenisnya. Maka, para peneliti menekankan pentingnya mengetahui risiko benturan kepala berulang dan potensinya terhadap kesehatan otak seiring berjalannya waktu.