mepnews.id – Lima belas mahasiswa prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Univwersitas Negeri Surabaya (Unesa) menjalani proyek kemanusiaan di Malaysia. Mereka mengadakan kelas gamelan dan tari tradisional di Land of Indigenous Malay.
Dikabarkan situs resmi unesa.ac.id, mereka berangkat bertahap 2-30 Oktober 2024 dan pada 7 Oktober–3 November 2024. Seluruh kegiatan dipusatkan di Keraton Mbah Anang, sebuah pusat kebudayaan di Malaysia yang dikelola Johar Paimin selaku generasi kedua dari keluarga pendiri keraton.
Selain untuk melestarikan seni dan budaya Jawa, kegiatan ini juga mengenalkan nilai-nilai budaya Indonesia kepada masyarakat internasional khususnya mahasiswa International Islamic University Malaysia (IIUM) atau Universitas Islam Antarbangsa Malaysia (UIAM).
Kelas gamelan diadakan selama Oktober, mengajarkan beberapa komposisi seperti Lancaran Gambyong Mari Kangen, Ninggal Katresnan, Kebo Giro, Suwe Ora Jamu, Lesung Jumengglung, dan Gugur Gunung, yang melibatkan delapan peserta komunitas gamelan IIUM.
Penampilan gamelan ini kemudian dipersembahkan dalam Kejuaraan Silat Sukan Negara di Muar, memberikan pengalaman unik bagi penonton sekaligus memperkuat nilai budaya Indonesia di pentas internasional.
Pada kelas tari tradisional, mahasiswa Unesa mengajarkan tari Remo dari Jawa Timur dan tari Gambyong Mari Kangen dari Surakarta. Kelas tari ini diikuti empat laki-laki dan enam perempuan mahasiswa IIUM. Peserta lebih dulu diberi pemahaman tentang latar belakang, sejarah, serta nama gerakan setiap tarian.
Sebaliknya, mahasiswa Unesa juga mempelajari tari Zapin Melayu yang dibimbing Siti Zubaidah penari dari Johor Bahru. Selama seminggu, mereka berlatih dan tampil dalam acara pernikahan masyarakat di Seri Medan.
Latif Nur Hasan, Koorprodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, mengungkapkan harapan program ini berkembang di berbagai wilayah Malaysia pada tahun-tahun mendatang.
Dosen pembimbing lapangan, Octo Dendy Andriyanto, menilai program ini memiliki dampak signifikan bagi warga keturunan Jawa di Malaysia maupun mahasiswa Unesa.
“Kegiatan ini membuka ruang bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu bahasa, sastra, dan budaya di level internasional, sekaligus memperkuat jalinan budaya antara Indonesia dan Malaysia,” ujarnya. (Dewanda Puspita)