Saat Menua, Banyak Gerak agar Tak Pikun

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – Usia adalah salah satu nikmat Tuhan yang kita harus syukuri dan harus kita isi agar bermanfaat. Bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi yang lain. Bukankah orang yang baik itu ‘yang panjang umurnya dan baik amalnya’?

Pembaca yang budiman, saya tidak membahas amalan yang terlalu luas. Saya hanya ingin menuliskan amalan yang bermanfaat bagi diri sendiri saat kita mulai beranjak menua. Lebih khusus lagi, amalan yang bermanfaat bagi kognisi kita.

Penelitian ilmiah di Cina menunjukkan, olahraga dan banyak aktivitas fisik bisa meningkatkan fungsi kognitif saat usia menua. Ada hubungan antara gerak fisik dengan fungsi otak tanpa memandang status mental seseorang sebelum berolahraga.

Penelitian dilakukan dengan menggabungkan secara acak atas hasil dari 21 uji coba terkontrol pada orang dewasa lanjut usia dengan aktivitas olahraga. Masing-masing studi mencakup kelompok yang berpartisipasi dalam aktivitas fisik setidaknya empat kali per minggu dan kelompok kontrol yang tidak beraktivitas fisik. Penelitian yang berlangsung delapan minggu hingga satu tahun ini mengukur kemampuan kognitif partisipan pada awal dan akhir setiap penelitian.

Hasilnya? Penelitian ini memperkuat apa yang sudah kita dengar sejak lama; aktivitas fisik membantu meningkatkan fungsi kognitif di usia senja. Melakukan aktivitas fisik pada waktu luang bisa mengurangi risiko demensia di usia lanjut.

Dalam penelitian ini, aktivitas fisik itu mencakup berbagai gerak badan seperti berjalan kaki, berlari, berenang, menari, ikut olahraga, angkat beban, dan lain-lain. Orang yang berolahraga teratur memiliki risiko 17 persen lebih rendah terkena demensia dibandingkan yang tidak berolahraga. Bahkan, jika faktor usia, pendidikan, dan jenis kelamin ikut dikontrol, hasilnya juga sama. Begitu juga, jenis aktivitas fisiknya boleh apa saja; yang penting aktif bergerak.

Selain meningkatkan fungsi kognitif dan mencegah demensia, penelitian di Amerika Serikat menunjukkan olahraga teratur juga membantu meningkatkan peluang panjang umur. Peneliti dari Klinik Cleveland menganalisis data lebih dari 122.000 pasien yang menjalani tes stres olahraga. ang dimaksud tes stres ini adalah berjalan atau berlari di atas treadmill dengan kecepatan yang semain lama semakin cepat. Pada saat tes fisik, dokter memantau aktivitas jantung peserta penelitan.

Hasilnya? Peserta penelitian yang berkinerja lebih baik pada tes stres secara signifikan ternyata akhirnya hidup lebih lama daripada yang hasil tes fisiknya kurang baik. Mereka yang menunjukkan kebugaran aerobik sangat tinggi ternyata bisa hidup jauh lebih lama alias berumur lebih panjang. Yang hasil tesnya buruk ternyata lebih cepat mati. Hasil ini berlaku bahkan jika peserta penelitian itu sudah tua atau mengalami masalah tekanan darah tinggi.

Nah, menurut hemat saya, pesan dari dua penelitan ilmiah ini sama. Kita yakin jatah usia manusia sudah ditentukan Tuhan. Tapi, kita bisa mengisi jatah usia itu untuk membina raga dan jiwa yang lebih baik. Jika raga dan jiwa bisa lebih baik, hidup kita jadi lebih berkualitas sehingga memungkinkan kita beramal baik lebih banyak.

Facebook Comments

Comments are closed.