Yuk, Kendalikan Pemikiran Negatif…

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – “Rasanya saya sudah malas betul mengajar. Tiap hari ketemu anak-anak semacam itu melulu. Isinya cuma nakal, biang onar, bahkan kata-katanya kasar,” begitu keluh seorang teman guru.

“Lho, lho, lho…,” saya menyergah. “Koq berfikiran negatif gitu?”

“Bukan cuma di fikiran, Mbak. Ini juga di kenyataan.”

“Wah, wah. Ayo, kita kendalikan cara berfikir negatif. Arahkan ke pemikiran positif. Anak-anak nakal dan kasar itu juga banyak sisi baiknya, bukan? Biasanya mereka itu lebih berani bertindak, kreatif, pemecah kebuntuan. Kenapa tidak memanfaatkan sisi itu?

…………

Pembaca yang budiman, berfikiran negatif adalah kecenderungan melihat segala sesuatu dari sudut pandang pesimistis atau yang buruk-buruk saja tanpa mempertimbangkan sisi positifnya. Pemikiran negatif yang berlebihan dapat memiliki dampak merugikan terhadap kesejahteraan mental dan emosional.

Pemikiran negatif dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya. Jika berkelanjutan, ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik antara lain risiko gangguan jantung, gangguan pencernaan, penurunan sistem kekebalan tubuh, dan lainnya. Pemikiran negatif membuat interaksi dengan orang lain diwarnai dengan marah, cemas, atau sulit berhubungan positif lainnya. Semakin berfikiran negatif, semakin besar kemungkinan untuk melihat lebih banyak hal negatif sehingga menciptakan lingkaran setan yang sulit diputuskan.

Nah, saya kabarkan penelian terbaru dari para pakar di University of Cambridge, Inggris. Penelitian oleh Dewan Penelitian Medis di Unit Ilmu Kognisi dan Otak ini seperti mengoreksi gagasan Sigmund Freud bahwa jika kita menekan perasaan atau pikiran kita maka pikiran-pikiran ini tetap berada di alam bawah sadar sehingga berdampak buruk pada perilaku dan kesejahteraan kita kelak. Hasil penelitian mereka menunjukkan, anggapan bahwa upaya menekan pikiran negatif bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental kita di masa datang itu mungkin salah.

Bagaimana mereka sampai pada kesimpulan itu?

Para peneliti merekrut 120 sukarelawan di 16 negara di berbagai penjuru dunia dengan latar belakang beragam. Mereka melatih para relawan untuk menekan pemikiran tentang peristiwa negatif yang membuat mereka khawatir. Latihan psikoterapi ini untuk mengeruk pikiran-pikiran negatif sehingga mereka dapat mengatasinya. Hasil pelatihan menunjukkan, para relawan tidak hanya berkurang stress mereka namun juga kesehatan mental mereka meningkat.

Untuk hasil ini, pimpinan tim peneliti Profesor Michael Anderson menjelaskan mekanisme dalam otak yang dikenal sebagai ‘inhibitory control‘ alias  kemampuan untuk mengesampingkan respons refleksif tertentu. Saat mekanisme itu diterapkan dalam pengambilan memori, khususnya untuk menghentikan pengambilan pikiran negatif, maka orang akan lebih bisa berfikir positif.

Dr Zulkayda Mamat, yang saat penelitian itu masih menjadi mahasiswa PhD di laboratorium Profesor Anderson, merasa ‘inhibitory control‘ ini sangat penting dalam mengatasi trauma pengalaman yang terjadi pada diri sendiri dan orang lain yang ditemui dalam hidup. Dia ingin menyelidiki apakah ini kemampuan bawaan atau sesuatu yang bisa dipelajari –dan karenanya dapat diajarkan. Maka, penelitiannya dioptimalkan untuk melatih orang menekan pikiran negatif sehingga hasilnya jadi pemikiran lebih positif.

Nah, pembaca, mari kita kendalikan pemikiran negatif kita. Jika kita mengalami masalah negatif, bersyukurlah. Selalu ada pembelajaran bagi dalam kondisi negatif itu. Jangan malah membiarkan diri tenggelam dalam fikiran negatif. Jangan malah marah, sedih, menutup diri, atau bersikap fatalistik lainnya. Kendalikan fikiran negatif itu, lalu ubah ke pemikiran lebih positif. Caranya, dari berbagai kondisi negatif itu, cari satu atau dua celah yang positif. Jika sudah menemukan, optimalkan yang positif itu.

Facebook Comments

Comments are closed.