Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – Saat pertemuan keluarga, kami ngobrol tentang bagaimana menjaga kesehatan. Harap maklum, sebagian anggota keluarga besar sudah mulai berumur. Sementara, yang anak-anak punya lifestyle cukup berbeda dengan generasi senior.
“Jangan lupa untuk banyak olah raga. Kebiasaan duduk, rebahan, terlalu banyak diam, itu tidak sehat. Metabolisme jadi lambat. Bikin sakit,” begitu nasihat seorang kerabat.
“Tapi, makan sehat juga perlu. Makanan itu faktor eksternal yang sangat berpengaruh pada internal tubuh. Jangan kebanyakan makan junk food, ultra-processed food, tapi perbanyak makanan yang alami,” kata kerabat yang mahasiswa.
Lalu, ada kerabat senior yang menambahi. “Perbanyak menolong, maka kalian bisa lebih sehat dan mendapat umur panjang yang bermanfaat.”
***********
Pembaca yang budiman, masing-masing nasihat dan argumen di atas memang masuk akal dan berbasis ilmiah. Namun, nasihat yang terkahir itu tidak hanya berbasis ilmiah tapi juga spiritual. Ada begitu banyak dalil di kitab suci maupun ajaran Nabi tentang menolong. Tentu itu banyak manfaatnya.
Dalam tulisan ini, saya tidak mengulas dalil religi tentang bagaimana menolong itu bisa memberi manfaat bagi pihak lain dan diri sendiri. Saya akan tunjukkan bukti riset ilmiah terbaru, sekaligus alasan ilmiah mengapa menolong bisa menyehatkan diri dan bahkan memperpanjang umur.
Hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan di Annals of Behavioral Medicine menunjukkan, memberikan dukungan dan bantuan kepada keluarga atau teman, serta menjadi relawan formal dalam aksi sosial, ternyata terkait dengan rendahnya tingkat interleukin 6 penanda peradangan dalam tubuh. Berbagai penelitian lain juga menunjukkan, berbuat baik bisa mengurangi peradangan kronis dan berpotensi mencegah penyakit serius.
Yuk, kita ulas duduk perkaranya.
Peradangan adalah salah satu jalur penting yang menghubungkan sebagian besar pengalaman penyakit. Ada peradangan akut, yakni jenis peradangan yang membantu menyembuhkan luka misalnya pada jari atau lutut tergores. Radang jenis ini sering kali ditandai dengan kemerahan, bengkak, dan rasa hangat. Ada juga peradangan kronis. Jenis ini bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun dan justru dapat menyebabkan kerusakan serius. Setengah dari kematian dapat dikaitkan dengan kondisi yang disebabkan peradangan kronis, termasuk stroke, gangguan jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker. Peradangan kronis ini bisa menjadi prediktor bagi banyak penyakit kronis di kemudian hari.
Para peneliti mengamati data lebih dari 1.000 orang dewasa usia paruh baya dari dua kelompok. Yang pertama, objek penelitian mengisi kuesioner tentang seberapa sering menjadi relawan sosial di masyarakat serta seberapa sering mereka menolong keluarga dan teman dekat misalnya dengan mendengarkan curhat atau membantu pekerjaan rumah. Yang kedua menjawab survei lebih formal untuk mengukur altruisme. Isinya mencakup hal-hal seperti “Saya menyumbangkan barang atau pakaian untuk amal” atau “Saya membantu membawakan barang milik orang tak dikenal.”
Setelah penelitian lebih mendalam, kedua kelompok sama-sama menunjukkan bahwa sikap suka menolong terkait dengan lebih rendahnya tingkat interleukin 6. Kondisi itu tidak terkait dengan bagaimana berat badan, usia, atau jenis kelamin mereka. Artinya, menolong atau memberikan dukungan pada orang lain terkait dengan kondisi peradangan kronis pada tingkat yang sama.
Meski ‘menolong/membantu’ bukan tips populer bagi kesehatan, ternyata beberapa penelitian sebelumnya juga membuktikan itu. Misalnya, penelitian yang menghubungkan antara ‘integrasi sosial’ (sejauh mana seseorang ambil bagian dalam komunitas) dengan respon imun tubuh. Misalnya, orang yang memiliki banyak keluarga dan teman dekat cenderung lebih kecil kemungkinan terkena virus flu dan cenderung memproduksi lebih banyak antibodi sebagai respons terhadap vaksinasi. Mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasangan memiliki tingkat protein C-reaktif lebih rendah (sitokin lain yang memicu peradangan).
Jadi, sering-seringlah menolong atau membantu siapa saja. Bukan hanya bermanfaat bagi pihak yang ditolong, itu juga bermanfaat bagi kesehatan Anda sendiri. Bukan hanya berpahala saat melakukan pertolongan, bisa juga mengandung tabungan pahala jangka sangat panjang.