Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – “Saya itu belum pikun, dan bukan pelupa. Tapi, kadang penyakit lupa bisa muncul tiba-tiba tanpa diminta. Yang lebih repot, munculnya pada saat-saat penting. Contohnya, kemarin itu. Saya lupa keyword justru saat ditanya boss dalam rapat. Apa ya nggak bikin aku malu…?” begitu curhatan teman saya.
“Ya, sesekali lupa itu normal. Syukuri saja. Bahkan, bisa lupa atau melupakan kadang malah menjadi berkah. Kalau terus-menerus ingat atau teringat segalanya dan apa saja, kadang malah bikin kita stress,” aku mencoba mengimbanginya.
“Tapi, adakah cara untuk membuat otak saya gampang mengingat?”
“Banyak sekali, sesuai kondisi masing-masing orang. Yang paling umum ya olah gerak ringan rutin, latihan kognitif, tidur cukup, makan bergizi, semua itu bisa membantu otak menjaga performa memori.”
“Maksudku, bukan itu. Tapi, bagaimana membuat otak mudah cepat mengingat kembali saat blank alias lupa mendadak?”
“Teknik yang biasa dipakai antara lain visualisasi yakni membayangkan gambaran visual terkait dengan informasi yang kau ingin ingat. Bisa juga teknik mnemonik, yakni alat bantu yang mempermudah pengingatan.”
“Iya, itu kalau sempat dan ada cukup banyak waktu untuk persiapan. Kalau dadakan seperti saat rapat kemarin, bagaimana caranya?”
“Coba saja buat gerakan menggenggam isometrik. Ya, seperti saat kau meremas-remas bola. Menurut penelitian Bachman, Attanti, dan Mather, genggaman isometrik dapat mempercepat respons memori. Teknik ini cara sederhana dan mudah untuk menjaga kewaspadaan mental.”
“Apa itu efektif?”
“Menurut penelitian, olah fisik yang tidak rumit ini efektif untuk mengasah respons memori orang muda maupun tua. Responden penelitiannya 109 orang. Satu kelompok berusia 18 – 29 tahun. Kelompok lainnya berusia 65-85 tahun. Separo dari mereka diminta membuat gerakan menggenggam isometris sambil diuji memori. Separo lainnya, yakni kelompok kontrol, tidak melakukan apa-apa saat diuji memori. Hasilnya, mereka yang tangannya memeras-meras bola bisa menuntaskan tes memori lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol. Hasil ini berlaku untuk usia muda dan tua.”
“Wah, bagus sekali itu. Bisa saya coba. Tapi, eit, bagaimana penjelasannya koq bisa begitu?”
“Aktivitas sederhana menggenggamkan tangan itu bisa meningkatkan gairah fisiologis. Saat tangan bergerak, keadaan perhatian dalam tubuh segera terpompa dan otak terpicu siap untuk menerima atau memproses informasi. Tindakan langsung yang meningkatkan kesadaran tubuh ini dapat membantu kinerja memori kita. Jangan sampai terjadi kantuk mental. Gerak fisik membuat otak terjaga dan siap kerja.”
“Oh, begitu.”
“Ya, menurut hasil penelitian itu.