mepnews.id – Di kota-kota besar, banyak anak yang sudah tidak lagi menggunakan Bahasa Jawa Krama atau Krama Inggil. Anak-anak di kota semacam Surabaya, Sidoarjo, atau Gresik lebih banyak menggunakan Bahasa Jawa Ngoko dengan teman sebaya dan menggunakan Bahasa Indonesia saat di sekolah.
Namun, itu tidak berlaku pada Keisha Qonitah El Haniyah Aarafat siswi kelas 6 ICP MINU Trate Putri Gresik. Siswi kelahiran Mojokerto pada 3 Oktober 2010 ini aktif berbahasa Krama. Bukan hanya dalam percakapan, tapi juga dalam tulisan.
“Kalau untuk percakapan, itu sudah dibiasakan sejak kecil. Orang tua membiasakan saya untuk berbahasa Krama,” kata putri pasangan Fashihuddin Arrafat asal Gresik dan Laili Fitriana asal Mojokerto ini. “Kalau menulis, sejak kelas 1.”
Ia mengaku, “Abi yang lebih banyak mengajari saya Bahasa Krama di rumah.”
Saat di sekolah, ia menggunakan Bahasa Ngoko sehari-hari dengan teman-temannya. Untuk transfer ilmu akademis pakai pengantar Bahasa Indonesia. Selain itu, ia juga dikenalkan dengan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Tak pelak, ia punya cukup banyak berbendaharaan bahasa.
Dari Bahasa Kromo ini, Qonitah terpilih menjadi juara pertama lomba Menulis Surat untuk Bupati dan Wakil Bupati Gresik. Lomba untuk setingkat SD dan SMP ini dibuka sejak awal November, lalu verifikasi karya 35 finalis terpilih pada 24 November dan pengumuman pemenang 25 November.
Purwanto, Kepala MINU Trate Putri Gresik, menilai Qonitah multi-talent. Selain jago literasi, ia juga jago di bidang akademik.
Untuk membimbing muridnya menjadi juara, Purwanto menjelaskan MINU Putri Trate memang mengejar target prestasi. “Pembinaan prestasi dilakukan di bidang akademik, ekstra kurikuler dan intra kurikuler. Khusus literasi baca-tulis dan numerik, masuk ke dalam intra kurikuler. Di intra kurikuler, ada pembinaan khusus. Kami juga mendatangkan pihak luar yang profesional untuk turut membantu meningkatkan skill anak-anak.” (Tom)