Oleh: Aldila Selva Afandi
mepnews.id – Kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan produsen. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat hidup sendiri. Tidak ada seorang pun yang dapat membuat semua barang yang dibutuhkan. Manusia selalu membutuhkan manusia lain. Misalnya seseorang butuh pakaian yang hanya bisa dibuat orang lain. Sementara, dia bisa menghasilkan makanan yang juga dibutuhkan orang lain.
Kegiatan ekonomi juga bisa dipengaruhi letak geografis suatu wilayah. Misalnya, di dataran tinggi kegiatan ekonomi lebih mengarah pada sektor perkebunan seperti teh dan kopi. Untuk wilayah pesisir, kegiatan ekonomi lebih mengarah pada hasil laut seperti ikan, kerang, dan sebagainya.
Di Banyuwangi, ada banyak kegiatan ekonomi termasuk jual-beli. Biasanya dilakukan di pasar. Tidak hanya dilakukan di pasar modern atau di pasar tradisional yang telah ada sejak lama, kegiatan jual beli juga dilaksanakan dalam event/festival yang diselenggarakan berbagai desa/kelurahan setempat.
Sebagai contoh, festival di Dusun Krajan, Desa Bubuk, Kecamatan Rogojampi, yang dinamakan Festival Pasar Samar Wulou. Pasar ini buka setiap Sabtu sore menjelang magrib hingga jam 21.00.
Mengapa diberi nama Samar Wulou? Menurut jurnal UGM, Samar Wulou tidak hanya merujuk pada sore hari biasa, tetapi juga pada sore hari dengan ciri khusus, yaitu petang menjelang senja dengan langit gelap kekuningan. Penamaan ini juga mengacu pada dimulainya festival yakni sore menjelang magrib hingga sekitar pukul 21.00. Ketika sore, masyarakat yang ingin menjual dagangan segera mempersiapkan diri. Antara lain menata meja, menata jualan, dan siap bertransaksi menjelang Magrib.
Pasar ini resmi dibuka 14 Desember 2019. Festival ini dipelopori beberapa tokoh masyarakat, Kepala Dusun beserta jajaran, dan warga lain dari Dusun Krajan. Mereka melaksanakan musyawarah untuk pengembangan desa. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya mereka memutuskan mengadakan festival pasar kuliner.
Mengapa memilih festival pasar kuliner? Para tokoh desa dan pemuda menginginkan desanya lebih dikenal orang lain. Pada saat itu, banyak desa lain yang sudah mengadakan festival pasar dan menjadi lebih dikenal orang lain. Maka para pemuda dan tokoh masyarakat Dusun Krajan menginginkan hal serupa.
Para tokoh masyarakat Dusun Krajan terinspirasi desa lain yang juga menggelar festival untuk pengembangan desa masing-masing. Salah satu yang menginspirasi adalah festival pasar wit-witan di Singojuruh. Setelah adanya pasar ini, Singojuruh lebih dikenal. Banyak pengunjung dari luar daerah yang turut meramaikan dan membeli beberapa makanan di pasar wit-witan.
Dalam Festival Pasar Samar Wulou, yang terlibat adalah masyarakat Dusun Krajan termasuk Kepala Dusun beserta jajaran, tokoh masyarakat dan pemuda setempat. Semangat para pemuda dan pemudi sangat besar sehingga acara berjalan lancar setiap minggunya.
Para penjual hanya masyarakat dusun setempat yang memiliki usaha kuliner; masyarkat dusun lain tidak boleh jualan. Untuk kedai, penjual mempersiapkan sendiri. Panitia hanya memfasilitasi penerangan. Di kedai, macam-macam yang dijual oleh pedagang.
Ada jajanan tradisional seperti gethuk, pelasan, kerawu, cenil, dan kue basah lainnya. Ada juga jajanan modern seperti salad, es, banana roll. Begitu juga dengan beberapa sayur-sayuran, baju dan lain sebagainya. Ada juga spot foto dan gerai mainan khusus anak-anak.
Para penjual diwajibkan membayar retribusi Rp 10.000 kepada panitia setiap selesai acara festival pada malam itu. Panitia juga mendapat masukan dari tarif parkir masing-masing sebesar Rp 2.000. Uang parkir ini dijadikan satu dengan uang dari pedagang, kemudian digunakan untuk perawatan serta pengembangan pasar.
Sebulan sekali, ada pertunjukan musik dan tari-tarian tradisional Banyuwangi untuk meramaikan Festival Pasar Samar Wulou. Maka, sebagian dari uang yang telah dikumpulkan tadi dialokasikan untuk memfasilitasi penampilan-penampilan itu. Misalnya, untuk membayar penari, untuk membayar tim pengiring penari dan lain-lain.
Beberapa bulan sejak pertama kali dibuka, pasar ini sempat pasif karena wabah virus Corona. Seluruh masyarakat diharuskan isolasi mandiri dan tidak melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerumunan. Tak pelak, seluruh warga merasakan dampak virus ini. Berbagai sektor kehidupan, termasuk kesehatan, pendidikan dan khususnya ekonomi, sangat terganggu pandemi.
Dampak ini juga dirasakan masyarakat Dusun Krajan. Menurut warga setempat, festival ini sangat membantu aspek ekonomi. Saat festival diberhentikan sementara karena pademi, warga langsung merasakan dampaknya.
Ketika Festival Pasar Samar Wulou dibuka kembali pada 11 Desember 2021, semua warga Dusun Krajan sangat antusias menyambutnya. Selain untuk pengembangan desa dan menjadikan desa lebih terkenal, festival ini juga membantu pemilik UMKM dan membantu finansial masyarakat setempat.
Para pengujung datang bergerombol. Yang muda, yang tua, bahkan anak-anak, sangat antusias datang ke pasar ini. Tidakkah Anda juga berminat untuk datang ke Festival Pasar Samar Wulou? Yuk, ajak keluarga juga ya! Kalau masih bingug nyari tempat malam mingguan, ya ke Samar Wulou aja.
- Penulis adalah mahasiswi di Banyuwangi.