mepnews.id – Kompartemen Kebencanaan Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (KK IKA ITS) berkolaborasi dengan Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) ITS melakukan kegiatan peduli bencana. Kali ini, pemasangan peralatan Early Warning System (EWS) melalui misi Giat Mitigasi Semeru 2022 yang dilaksanakan seminggu sejak 23 Februari di Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Kepala Subdirektorat (Kasubdit) Pengembangan Kemahasiswaan Ditmawa ITS Dr Eng Yeyes Mulyadi ST MSc menjelaskan kegiatan diawali dengan koordinasi terkait lokasi pemasangan perangkat EWS. Dilakukan juga sosialisasi pada masyarakat sekitar akan keberadaan dan pentingnya EWS. “EWS merupakan upaya peringatan dini bahaya erupsi, banjir lahar, maupun awan panas guguran dari hulu aliran sungai Curah Kobokan di kawasan Supiturang,” papar Ketua Posko IKA ITS itu.
Pada 26 Februari, Yeyes didampingi Dewan Pembina Pengurus Pusat (PP) IKA ITS Ir Djuwono Hadisusanto MSi, serta Dr Ginanjar Yoni Wardoyo ST MT CEIA dan Ahmad Yazid Basthomi dari Dewan Pakar KK IKA ITS, melakukan pemasangan perangkat EWS. Perangkat tersebut terdiri dari satu tower yang memuat dua sirine berkekuatan 120 dB catu daya mandiri, inverter, remote control, dan perangkat sistem yang terhubung dengan pos pemantauan.
Ginanjar menjelaskan unit EWS ini dihubungkan dengan pos pantau relawan Paguyuban Relawan lokal Kaki Gunung Semeru (REKG). Selain itu juga terhubung dengan perangkat EWS yang dibangun jaringan relawan sebelumnya yang telah memasang CCTV dari beberapa titik pantau. “Mereka pun membuat aplikasi pemantauan kondisi secara real time dan dapat diunduh di playstore dengan nama aplikasi JaGa Semeru,” imbuhnya.
Ahmad Yazid Basthomi mengatakan pemasangan EWS di delta sungai Curah Kobokan sangat penting untuk melindungi masyarakat serta pekerja yang mulai melakukan penambangan. Selain itu, kawasan tersebut dijadikan jalur alternatif satu-satunya untuk transportasi ke arah Malang. “Dua sirine hingga radius 500 meter itu cukup untuk memberikan peringatan dini apabila ada bahaya yang meluncur dari hulu sungai yang bermuara ke kawasan guguran erupsi Semeru,” kata Yazid.
Perangkat EWS ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi masyarakat. Ini diharapkan dapat menjadi pilot project yang bisa diduplikasi oleh siapa saja di daerah bencana mana saja. “EWS ini akan terus disempurnakan serta dikembangkan dengan teknologi sensor yang secara otomatis memicu sirine saat datang bahaya banjir dan atau awan panas guguran dari hulu atau puncak Semeru,” kata Yazid.
Kegiatan ini menerjunkan tim mahasiswa dari berbagai departemen di ITS. Ketuanya Edwin Selanjaya dengan anggota Adhe Wicaksono, Aditya Wasista Toyib, Qul Mauladi, Arista Tri Kurnia Surin, Bernadus Daniel Sasmito Atmodiharjo, dan Michael Novaryan. (Rayinda Santriana US)