Oleh: Moh. Husen
MEPNews.id—Sudah tiga hari ini Syeikh Nursamad Kamba meninggal dunia, akan tetapi rasanya beliau masih hidup sehat wal afiat seperti biasanya saat maiyahan dihadapan Jamaah Maiyah. Beliau sering hadir di Kenduri Cinta Jakarta. Beliau meninggal dunia Sabtu dini hari, 20 Juni 2020.
Duka dan doa-doa dari para Jamaah Maiyah bertaburan di media sosial sebagai bentuk rasa kehilangan guru dan marja’ Maiyah yang sangat dicintai dan di-takdhimi. Tahlilan berlangsung selain di rumah duka Kampung Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur, juga digelar secara internal di beberapa daerah Simpul Maiyah seperti yang tertulis di www.caknun.com.
Saya terakhir bertemu dan bersalaman dengan Syeikh Nursamad pada ultah Bangbang Wetan di halaman TVRI Surabaya seingat saya November 2017 yang lalu. Wajah beliau saat itu (dan selalu) tampak teduh dan damai.
Melalui www.caknun.com, selain membaca tulisan Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) atas meninggalnya Syeikh Nursamad, juga tulisan teman-teman Jamaah Maiyah, wa bil khusus saya membaca tulisannya Mas Helmi Mustofa yang berjudul Alternatif Bertarekat Menurut Syaikh Kamba. Lantas ditengah tulisan tersebut, Mas Helmi menshodaqohkan papernya untuk kita semua yang berjudul Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Volume 4, No. 2, 2019.
“Masya Allah,” gumam saya terkagum-kagum atas papernya Mas Helmi, tentang tasawuf dan tarekat virtual Syeikh Nursamad Kamba. Saya merasa mendapat ilmu baru yang sungguh-sungguh berharga setelah membacanya. Saking senangnya saya, saya sangat merekomendasikan kepada siapa saja yang membaca tulisan ini untuk segera ngincipi papernya Mas Helmi tersebut.
Ketika Mas Helmi saya WA untuk mengucapkan terimakasih atas papernya yang telah dipublikasikan itu, Mas Helmi membalas bahwa hal itu masih secuil dari Syeikh Kamba.
Ya Allah, cahaya demi cahaya kini telah pergi dalam kehidupan ini. Terkadang kami berputus asa dan patah hati bahwa isinya kehidupan ini hanyalah kegelapan demi kegelapan, kejahatan demi kejahatan, penipuan demi penipuan sehingga jika tak menipu akan dimakan oleh kegelapan demi kegelapan dengan sangat ganasnya. Maafkan kami yang tak mampu menatap dan menemukan cahaya demi cahaya-Mu.
Selamat jalan Syeikh Nursamad Kamba. Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa’fu anhu. Ya ayyatuhannafsul muthmainnah, irji’i ila Robbiki rodliyatan mardliyyah, fadkhuli fi ibadi, wad khuli jannati… Sampaikan salam kami kepada Kekasih Allah, Muhammad shollallahu alaihi wasallam.
(Banyuwangi, 22 Juni 2020)