Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – “Heh…! Ngelamun,” saya berkata dengan volume agak ditambah.
Rani, masih dengan tatapan mata kosong di depan layar laptop, “He-eh… iya, Mbak.”
“Kamu kenapa? Kelihatan kosong banget, tadi.”
“Tadi, niatnya ngerjain laporan. Tapi, begitu buka file… otak kayak nge-freeze. Kosong. Nggak ada satu kalimat pun keluar. Kayak… blank total.”
“Ya, sudah. Istirahat sebentar. Ngopi atau refresh dulu di kamar kecil. Biar gak lagi blank.”
…………..
Pembaca yang budiman, mind blank adalah pengalaman yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk saya dan Anda. Saat hal itu terjadi, pikiran kita tiba-tiba kosong — tidak ada ide, tidak bisa mengingat sesuatu, atau merasa ‘beku’ secara mental. Ekspresi wajah kita semacam mengantuk, dan dalam kondisi ekstrem bisa menjadi kehilangan kesadaran sama sekali.
Ada pertanyaan, “Apa sih yang terjadi dengan otak kita saat terjadi kondisi mind blank?” Pertanyaan sudah cukup lama dilontarkan berbagai pihak. Lalu, sekelompok ahli saraf dan filsuf melakukan penelitian dan mencoba mendapatkan jawaban.
Tim peneliti dari Australia, Prancis, dan Belgia berkolaborasi setelah Pertemuan Tahunan ke-25 Asosiasi Studi Ilmiah tentang Kesadaran di Amsterdam tahun 2022. Thomas Andrillon dari Paris Brain Institute, Centre National de la Recherche Scientifique (CNRS) and Institut National de la Santé et de la Recherche Médicale (INSERM), Sorbonne Université, Antoine Lutz dari Monash Centre for Consciousness and Contemplative Studies, Monash University, Jennifer Windt juag dari Monash Centre for Consciousness and Contemplative Studies, dan Athena Demertzi dari GIGA-CRC Human Imaging Unit, GIGA Institute, University of Liège, baru-baru ini menghasilkan artikel opini yang diterbitkan di jurnal Cell Press Trends in Cognitive Sciences.
Mereka menjelaskan, pikiran kita beralih di antara berbagai konten. Namun, ada saat-saat yang tampaknya pikiran kita benar-benar tanpa konten, yang disebut sebagai mind blank.
Masih belum jelas betul apa yang diwakili oleh kekosongan konten ini. Terkait apa yang terjadi di otak, mereka melaporkan hasil penelitian sebagai berikut;
- Pengalaman umum yang didefinisikan sebagai mind blank antara lain mendadak hilang perhatian, tidak bisa mengingat, hingga terhentinya pembicaraan dengan diri sendiri.
- Tingkat keseringan terjadinya mind blank sangat bervariasi di antara orang berbeda. Tapi, seseorang rata-rata mengalami blank 5%-20% dari waktu sadar mereka.
- Mind blank cenderung terjadi menjelang akhir dari tugas penuh konsentrasi dalam jangka panjang dan berkelanjutan (misalnya, saat ujian), setelah tubuh kurang tidur, atau setelah latihan fisik terlalu intens. Meski demikian, mind blank juga bisa terjadi dalam kondisi biasa saat terjaga.
- Anak-anak dengan gangguan hiperaktivitas defisit perhatian (ADHD) mengalami blank lebih sering daripada orang-orang neurotipikal.
- Mind blank merupakan bagian dari gangguan kecemasan umum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5). Hal ini relevan dengan beberapa kondisi klinis lainnya termasuk stroke, kejang, cedera otak traumatis, dan sindrom Kleine-Levin.
- Eksperimen yang mengamati aktivitas otak saat istirahat menggunakan teknologi termasuk fMRI dan elektroensefalografi menunjukkan ada tanda-tanda saraf tertentu di jaringan frontal, temporal, dan visual otak sebelum terjadinya blank.
- Selama blank setelah pikiran menjalani tugas penuh perhatian berkelanjutan, detak jantung dan ukuran pupil mata menurun dan otak menunjukkan kompleksitas sinyal lebih rendah. Ini keadaan yang biasa diamati pada orang dalam kondisi tidak sadar. Selama blank, ada gangguan pemrosesan sensorik dan gelombang EEG lambat seperti saat tidur. Ini disebut ‘episode tidur lokal’.
- Peningkatan aktivitas saraf di daerah korteks posterior otak juga dapat menyebabkan mind blank, seperti halnya ketika berpikir dengan kecepatan tinggi menyebabkan fungsi kognitif jadi lebih lambat.
- Ketika orang diminta secara aktif ‘mengosongkan pikiran mereka’, para peneliti melihat adanya penonaktifan di girus frontal inferior, area Broca, korteks motorik suplementer, dan hipokampus, dalam otak.
Nah, makin banyak temuan para peneliti tentang kondisi otak saat kita sedang blank. Tapi, temuan-temuan ini belum sepenuhnya memberikan pemahaman utuh. Maka, wajar jika tim peneliti ini berharap penelitian lebih lanjut di masa datang akan membantu membangun pemahaman lebih dalam tentang mind blank.
“Penyelidikan tentang mind blank itu penting,” kata Thomas Andrillon dari Universitas Liège.


