Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – Pernahkah bagian tubuh Anda mengalami peradangan?
Tentu sesekali pernah. Saat sendi di pangkal jempol kaki meradang, misalnya, rasa sakitnya sangat menganggu. Didiamkan, cenut-cenut. Digerakkan, tambah sakit.
Peradangan atau inflamasi pada dasarnya adalah respons alami sistem kekebalan tubuh terhadap cedera, infeksi, atau iritasi. Proses ini melibatkan pelepasan berbagai zat kimia oleh sel-sel tubuh untuk melindungi dan menyembuhkan jaringan yang terluka atau terinfeksi.
Gejalanya antara lain kemerahan karena darah mengalir lebih banyak ke area tertentu, pembengkakan karena cairan berkumpul di jaringan yang meradang, nyeri karena peningkatan sensitivitas saraf, sensasi panas karena peningkatan aliran darah. Pada kasus parah, area yang meradang mungkin tidak dapat difungsikan dengan normal.
Itu kalau terjadi di pangkal jempol atau bagian tubuh lain yang cedera atau terinfeksi. Terus, bagaimana jika terjadi peradangan di otak?
Inflamasi di otak, juga dikenal sebagai ensefalitis, bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Gejalanya juga bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi. Beberapa gejala umum meliputi; demam, sakit kepala parah, mual hingga muntah, leher kaku, tubuh kejang, disorientasi alias bingung, terjadi perubahan perilaku atau kepribadian. Dalam kasus parah, bisa terjadi kehilangan kesadaran alias koma.
Peradangan di otak bisa menjadi salah satu faktor penentu paling penting bagi risiko masalah kognitif, masalah kesehatan mental, dan masalah ‘kabut otak’ (kesulitan fokus, memori buruk, atau pikiran lamban atau kacau), dan energi rendah.
Ada banyak faktor pemicu peradangan otak yang tidak sehat. Beberapa bahkan kita jarang sadari. Nah, kontributor utama yang perlu kita ketahui antara lain:
- Polusi udara. Polusi ini bukan hanya di jalan atau di dekat pabrik, namun ada juga sumber yang tersembunyi. Misalnya, pengharum ruangan (semprotan, diffuser, dan pengharum di kaca spion), kompor yang tidak berventilasi, lilin beraroma, dan bahan kimia industri (asap bensin, pengencer cat), dan lain-lain. Jangan lupa, asap rokok! Penelitian mengungkapkan, polusi udara bahkan pada tingkat lebih rendah daripada yang diperkirakan ternyata tetap terkait dengan masalah kesehatan mental, demensia, stroke, dan bahkan kekerasan, yang jauh lebih tinggi daripada yang kita perkirakan. Mengapa? Paparan polusi udara terkait langsung dengan peradangan otak berupa aktivasi sel kekebalan otak serta tingkat penanda peradangan yang lebih tinggi.
- Paparan media. Kita memang perlu menyimak media untuk mendapatkan informasi dan perkembangan di sekitar kita. Namun, kenyataannya kita justru terlalu sering terpapar konten yang bisa menimbulkan stres, kesal, muak, dan sejenisnya. Paparan berlebihan atas konten negatif semacam ini bisa menjadi sumber stres; dan stres kronis dapat meningkatkan risiko peradangan otak. Maka, kita perlu menyaring media untuk mendapatkan info yang baik saja dan yang memang kita butuhkan saja.
- Perilaku sedentary alias mager (malas gerak). Kita tahu, olahraga bermanfaat bagi kesehatan tubuh secara umum. Bagaimana dengan otak? Saat kita olahraga, otot melepaskan molekul miokin yang masuk ke aliran darah dan mencapai otak. Miokin ini memiliki efek menguntungkan bagi otak lewat sinyal anti-inflamasi. Jika latihan beban dan latihan aerobik bermanfaat bagi keseimbangan peradangan tubuh dan otak, lalu bagaimana dengan perilaku sedentary? Tentu berpengaruh sebaliknya. Orang yang kelebihan berat badan berpeluang lebih tinggi pada tingkat peradangan. Tapi, meski tidak kelebihan berat badan, jika seseorang punya kebiasaan tidak banyak bergerak, maka ia juga berisiko tinggi mengalami peradangan.
- Cedera otak traumatis (TBI). Ini masalah umum di seluruh dunia. Penyebabnya antara lain terjatuh, kecelakaan, hingga cedera olahraga. TBI dapat meningkatkan peradangan otak karena mengaktifkan sel-sel kekebalan glia, serta dengan merusak penghalang antara darah dan otak. Jika tidak ditangani dengan benar, TBI memicu faktor risiko perkembangan penyakit otak seperti demensia, Alzheimer dan sejenisnya.
- Bibit penyakit. Ada invasi bibit penyakit ke dalam otak. Bibit penyakit itu antara lain; cacing pita, bakteri Neisseria meningitidis, virus herpes simplex, jamur Cryptococcus, parasit Toxoplasma gondii, parasit Plasmodium falciparum penyebab komplikasi malaria serebral, dan lain-lain. Butuh penanganan medis untuk mengatasinya.