Blue Food, Apa Itu?

mepnews.id – Blue food mengacu pada makanan dari perairan termasuk lautan, perairan, sungai, danau, dan sejenisnya. Wujudnya antara lain ikan, kerang, rumput laut, dan berbagai organisme lainnya. Penting bagi ketahanan pangan global karena mengandung protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral yang penting bagi kesehatan manusia.

Belakangan ini, konsep blue food sering dikaitkan dengan keberlanjutan dan konservasi. Praktik perikanan dan akuakultur yang tidak berkelanjutan dapat merusak ekosistem laut dan mengancam keberlanjutan sumber daya ini di masa depan. Maka, terus dilakukan upaya untuk mempromosikan praktik penangkapan ikan dan budidaya yang ramah lingkungan.

Kepopuleran blue food terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Semakin banyak orang sadar akan manfaat kesehatan dari mengonsumsi makanan laut yang kaya protein, omega-3, vitamin, dan mineral.

Organisasi internasional seperti FAO, EDF, dan WWF mempromosikan praktik perikanan dan akuakultur berkelanjutan. Mereka juga telah membantu meningkatkan kesadaran tentang potensi blue food untuk berkontribusi pada ketahanan pangan global.

Bahkan, dua profesor dari Stanford University, Amerika Serikat, menghadiri kuliah umum di IPB University. Dikabarkaan situs resmi ipb.ac.id edisi 9 Juli 2024, Prof Jim Leape dan Prof David Cohen mengisi kuliah umum bertajuk ‘Blue Food Assessment and Policy Transformation in Indonesia: Insights from Global Perspective’.

Prof Leape, ahli di bidang Blue Food Assessment, mengatakan, “Blue Food adalah jalan pintas menuju keberlanjutan pangan. Hal ini dikarenakan banyaknya spesies di perairan yang bisa dijadikan pangan. Selain sektor perikanan, ada sektor lain seperti udang, cumi, dan lainnya yang bisa menjadi alternatif.”

Di sisi lain, ia menyoroti pencemaran perairan yang banyak terjadi. Kondisi ini bisa serius mempengaruhi manusia. Bahkan, kepunahan spesies bisa terjadi akibat pencemaran.

Blue food yang tercemar adalah salah satu masalah yang dihadapi baru-baru ini. Pencemaran perairan menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi setiap orang. Kesadaran pribadi tentu dibutuhkan agar pencemaran tidak semakin parah. Dampaknya akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia yang mengonsumsinya,” paparnya.

Prof Cohen, ahli di bidang hukum dan hak asasi manusia (HAM), menjelaskan pentingnya peran manusia dalam mengelola ‘blue food’. Keberlanjutan akan berpengaruh pada ekonomi di masa depan sehingga makin menyadarkan pentingnya blue food.

Blue food bisa menjadi jawaban bahwa pangan tidak hanya bergantung pada hasil di daratan. Selain itu, blue food bisa membuka banyak lapangan pekerjaan baru yang berpengaruh pada ekonomi masyarakat pesisir,” ungkapnya. (Frans/Rz)

Facebook Comments

Comments are closed.