Shift Malam dan Penyakit Jantung Koroner

mepnews.id – Di kalangan masyarakat sering ada omongan tentang shift kerja malam hari dengan ancaman serangan jantung koroner. Apa benar shift malam bisa memicu jantung koroner?

Penyakit jantung koroner memang salah satu penyebab utama kematian di dunia. WHO menyebut, setiap tahun terjadi 17,8 juta kematian akibat penyakit jantung dan setiap 40 detik terjadi 1 dari 6 kematian di dunia akibat serangan jantung.

Di Indonesia angka kematian mencapai hingga 650.000 orang per tahun. Dengan total 2.784.064 orang penduduk di Indonesia, ternyata dari 1000 orang ada 15 yang mengalami penyakit jantung. Penyakit jantung sering ditemukan pada usia produktif yaitu 30-50 tahun.

Penyakit jantung koroner merupakan kondisi penyempitan pembuluh darah koroner yang disebabkan sumbatan aterosklerosis atau plak ateroma. Awalnya, plak ukuran kecil menempel pada dinding pembuluh arteri koroner. Lama-kelamaan, plak ini makin banyak sehingga penyempitan makin besar. Akibatnya, darah terhambat hingga tidak bisa mengalir pada bagian otot jantung tertentu. Itu menimbulkan rasa nyeri pada bagian dada, seperti tertimpa beban berat. Nyerinya lalu menjalar ke punggung atau lengan.

“Gejala ini biasanya bisa berkurang dengan istirahat. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit bisa makin parah dan gejalanya makin berat. Gejala tidak berkurang walau sudah istirahat,” ujar Firman, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK), Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Firman menyebut, penyebab utama penyakit jantung koroner adalah gaya hidup tidak sehat. Antara lain; pola makan tidak sehat, kurang beraktivitas, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, hingga masalah stres.

Ia lalu menekankan, “Banyak orang belum menyadari bahwa pola tidur kacau juga berisiko tiga kali lebih besar mengalami penyakit jantung koroner, daripada orang dengan pola tidur yang bagus.”

Ada penelitian longitudinal terhadap 400.000 orang di Taiwan selama 5 tahun. Hasil penelitian Shen dan kawan-kawan pada 2023 itu menunjukkan, kualitas tidur yang rendah dan durasi tidur kurang dari 4 jam perhari membuat 34% responden mengalami penyakit jantung koroner.

Salah satu alasan pola tidur rendah adalah bergadang atau jaga malam. Untuk melihat hubungan keduanya, penelitian oleh Brigham dan Women’s Hospital, Harvard Medical School, di Amerika Serikat menemukan bahwa bekerja shift malam selama 10 tahun berisiko 15 hingga 18 persen lebih tinggi mengalami penyakit jantung koroner.

Shift malam bukan faktor yang secara langsung menimbulkan penyakit jantung koroner. Namun, faktor lain yang memiliki risiko secara langsung harus dikendalikan. Misalnya, obesitas. Ini dapat kita kendalikan dengan olahraga teratur dan pola makan sehat, agar berat badan tidak berlebih hingga menimbulkan obesitas,” kata Firman.

Ia menyarankan, jika seseorang sedang shift malam maka usahakan istirahat meski sejenak di sela-sela waktu. Ini sangat penting bagi tubuh untuk mempertahankan waktu istirahat yang cukup, serta bisa memulihkan energi yang telah digunakan.

“Menjaga pola makan dan olahraga teratur juga dapat mencegah hipertensi, dislipidemia dan penyakit lainnya, yang bisa memicu penyakit jantung koroner. Dengan tidak merokok dan menghindari konsumsi alkohol, serta menjaga pola tidur yang cukup, sangat efektif untuk mengurangi risiko penyakit jantung,”ia menegaskan.

Facebook Comments

Comments are closed.