Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – Teman yunior saya, seorang guru ilmu sosial, mengobrol tentang penerapan merdeka belajar. Ia ingin menggelar semacam diskusi kelompok untuk membahas suatu topik di kelasnya. Sembari memberi keleluasaan para siswa berpendapat, ia menekankan ingin target penyampaian materinya harus optimal.
“Apa metode yang paling enak agar dua hal itu bisa kena?” tanya ia. “Kalau terlalu leluasa, jangan-jangan diskusinya seperti debat kusir tanpa pencapaian materi. Kalau penekanan di penyampaian materi, saya khawatir dinilai pembelajaran terlalu terpusat pada guru.”
“Ah, tentu ada banyak metode berdasarkan keilmuan atau berdasarkan kondisi. Kalau dari psikologi, coba deh manfaatkan serial positioning effect,” saya menyarankan.
“Apa itu?”
“Efek posisi serial ini fenomena psikologis yang ditemukan Hermann Ebbinghaus pada akhir abad ke-19. Psikolog Jerman ini bereksperimen mengenai ingatan jangka pendek. Hasilnya, orang cenderung mengingat dan memproses informasi dalam daftar atau rangkaian secara berbeda berdasarkan posisi atau urutannya,” saya menjelaskan.
“Terus…”
“Kuncinya ada di dua posisi; primacy effect dan recency effect. Yang primary maksudnya orang cenderung mengingat atau memproses informasi di posisi awal daftar atau rangkaian. Karena perhatian dan fokus awal masih segar, item yang ada di awal sering kali diproses lebih mendalam sehingga lebih mudah diingat jangka panjang. Yang recency maksudnya, orang cenderung mengingat atau memproses informasi yang terletak di akhir daftar atau rangkaian. Ya, ini semacam kesimpulan dan sejenisnya sehingga perlu diingat.”
“Lalu, bagaimana penerapannya saat diskusi kelas?”
“Anak-anak sudah pernah diskusi kelompok, kan? Sudah tahu apa itu moderator, apa panelis, apa peserta, tahu jadwal waktu, tahu aturan bicara?”
“Sudah pernah dikenalkan oleh guru lain.”
“Oke. Kalau begitu, tinggal menerapkan serial positioning effect.”
“Caranya?”
“Guru jadi moderator, siswa sebagai panelsi dan peserta. Guru langsung memanfaatkan primacy effect. Pada saat awal, sampaikan ringkasan atau inti materi pelajaran yang harus diingat para siswa. Kalau perlu, suruh catat dulu. Setelah itu, lepas para siswa berdiskusi. Jangan banyak turut campur. Kendalikan saja agar tidak terlalu ribut. Menjelang akhir, beri isyarat diskusi segera ditutup. Lalu, optimalkan recency effect. Ulang ringkasan atau inti materi. Perkuat dengan kutipan beberapa hasil diskusi dari siswa. Dengan demikian, guru bisa menyampaikan materi sambil mengembangkan para siswa berfikir merdeka lewat diskusi.”
“Oh, iya..iya… Beberapa teman juga melakukan itu.”
“Nah! Yang penting, pada awal dan akhir sesi diskusi, sampaikan betul inti materi pelajarannya agar mudah diingat para siswa.”