Lezat, Pedas, dan Manisnya Kuliner di Pasar Using

Oleh: Carissa Jemima Ananta

mepnews.id – Kuliner adalah masak-memasak. Kuliner khas adalah jenis makanan atau cara mengolah bahan makanan sesuai daerah tertentu. Cara pembuatannya bisa tradisional maupun yang sudah modern.

Di Indonesia ada banyak macam bahan pangan yang dijadikan berbagai kuliner enak. Terlebih lagi di Banyuwangi. Wilayah di ujung Jawa Timur ini mempunyai banyak sumber alam. Selain menjadi salah satu sorotan wisatawan keindahan alam, Banyuwangi juga dilirik karena berbagai kuliner enak dan unik.

Kuliner di Banyuwangi bermacam-macam berdasarkan daerah-daerahnya. Salahnya adalah Desa Kemiren yang saya kunjungi. Desa di Kecamatan Glagah ini sudah tidak asing bagi warga sekitar maupun wisatawan. Desa wisata ini terdapat perkampungan asli suku Using. Maka, banyak kuliner unik dan tempatnya sangat nyaman.

Hari Minggu, saya bangun lebih pagi untuk pergi ke Kemiren bersama ibu saya. Tujuannya memang mencari dan mencicipi kuliner khas Kemiren yang hanya ada pada Minggu mulai jam 06.00 sampai 10.00 atau hingga dagangan habis. Lokasinya di Pasar Kampoeng Osing, Dusun Krajan.

Benar, pasar tersebut berada di gang yang tidak terlalu besar dan tepat di sebelah kantor Desa Kemiren. Makanan pun dijual di depan rumah masing-masing warga. Pasar tersebut menjual berbagai makanan khas Kemiren yang dibuat secara tradisional atau rumahan. Mungkin makanan ini jarang ditemui di tempat-tempat lain.

Dari Banyuwangi kota ke Pasar Kampoeng Osing Desa memakan waktu 15 menit. Di perjalanan, saya melihat berbagi rumah warga seperti biasanya. Saya juga merasakan hawa sejuk dan segar saat perjalanan. Tentu itu karena banyak pohon dan sesawahan yang masih ada.

Hingga akhirnya saya melihat gapura besar bertuliskan ‘Desa Adat Osing Kemiren’ yang menandakan kami masuk ke wilayah tersebut. Tidak lama, saya sudah sampai di Pasar Kampoeng Osing. Tidak usah khawatir akan memakirkan kendaraan. Sudah tersedia tempat parkir yang tepat di depan pasar tersebut.

Kami langsung disuguhi pemandangan lumayan banyak orang berbanjar untuk menjual dan membeli makanan. Saya terkagum-kagum melihat uniknya penjual yang mengenakan pakaian suku Using. Atasan kebaya hitam dan bawahan batik.

Awalnya saya melihat-lihat dahulu. Tak lama kemudian, mata saya tertuju pada makanan unik uyah asem pitik. Ini makanan berkuah dengan perpaduan rasa asam, asin dan pedas berserta daging ayam kampung yang enak. Kuliner kuno ini masih dilestarikan hingga sekarang.

Saya memakan menu ini dengan nasi jagung yang disajikan di piring beserta kerupuk. Saya suka sekali rasanya. Saya sangat rekomendasikan ini bagi pecinta pedas sekaligus segar. Perlu dicoba langsung di tempat.

Saya juga sempat mengajukan beberapa pertanyaan pada penjualnya. Ternyata, jika sudah tau triknya, pemilihan bahannya, cara mengolah dan menghidangkan, maka makanan ini dapat dibuat dengan mudah. Dalam kuliner ini perlu:

  1. Memanaskan minyak
  2. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan sampai matang (ada 1 siung bawang putih, 6 siung bawang merah, 10 cabai rawit, 4 cabai merah, 2 ranti/tomat)
  3. Masukan ke rebusan ayam 1 kg dan aduk hingga hampir mendidih
  4. Masukan daun jeruk dan belimbing wuluh yang sudah dipotong-potong
  5. Beri bumbu penyedap (gula, garam, micin), tunggu sampai mendidih agar bumbu meresap
  6. Masakan ini siap dihidangkan.

Di tengah pasar, ternyata ada sekelompok kakek-nenek memainkan alat musik gendogan. Alat semacam penumbuk padi ini dimainkan bersama angklung. Saya berhenti sebentar untuk mendengarkan alunan lagu. Itu membuat saya, bahkan semua pengunjung, semakin menikmati berbelanja. Setelah itu saya kembali berburu menu lain.

Ibu saya menemukan rujak soto, dan ingin mencicipinya. Rujak soto merupakan perpaduan enak antara soto dengan rujak. Menurut saya, ada rasa pedas dari rujak dan rasa manis dari kuah soto. Perpaduan rasa makanan yang dihidangkan di atas piring ini cukup menyegarkan.

Bahan-bahan pembuatannya cukup gampang ditemukan dan dibuat. Cara membuatannya adalah :

  1. Siapkan rujak yang terdiri atas bumbu halus (kacang tanah goreng, pisang batu, gula merah, petis, garam, air asam jawa, dan air) dan isian yang sudah dipotong (kangkung rebus, kacang panjang rebus, taoge rebus, tahu putih goreng, tempe goreng, mentimun kupas, lontong). lalu sisihkan.
  2. Selanjutnya, siapkan soto dengan panaskan minyak, tumis bumbu halus (bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, merica putih bubuk, butir kemiri sangrai) lalu masukan bahan lain (daun jeruk, lengkuas, serai, daun bawang) masukan juga air kaldu ayam, beri penyedap (kecap, garam, gula) dan aduk rata.
  3. Terakhir, tata rujak ke dalam mangkok, beri bumbu rujak ke atasnya, lalu siram dengan kuah soto.

Setelah memakan semua makanan berkuah, saya ingin minum. Menemukan es limun segar, saya langsung mencobanya. Tidak lengkap rasanya jika tidak ada makanan pencuci mulut, yaitu jajanan manis. Mata saya tertuju pada jajanan yang menurut saya bentuknya begitu unik.

Clorot yang manis.

Nama jajanan itu clorot. Jajanan berbentuk kerucut kecil itu di dalamnya terdapat isian gula merah dan dibungkus daun kelapa. Jajanan ini terbuat dari tepung beras, tepung tapioka, santan kental, gula merah, dan daun pandan. Rasa clorot manis sekali, tapi enak. Manisnya tidak bikin eneg. Malah saya ingin tambah lagi. Lebih enak jika dimakan masih hangat.

Tidak hanya clorot yang terbuat dari gula merah. Ada juga kucur. Mungkin kue cucur sudah tidak terlalu asing bagi wisatawan. Kucur di Banyuwangi memakai gula merah yang membuatnya semanis clorot. Bedanya, kucur terbuat dari tepung beras, tepung terigu, gula merah, daun pandan, dan air. Memasaknya pun dengan wajan kecil dan banyak minyak untuk membuat kucur terendam.

Gorengan kucur.

Saya juga mencicipi kuliner nagasari. Jajanan ini hasil olahan santan kelapa dengan tepung beras beserta isian buah pisang. Rasa jajanan ini manis, legit, dengan tekstur licin dan lembut. Nagasari ini dibungkus daun pisang.

Saya kenyang sekali setelah makan. Menurut saya, semua kuliner di pasar ini menarik, unik, dan enak. Banyak macam yang bisa dipilih dan harganya sangat terjangkau. Memang benar makanan-makanan ini lebih nikmat jika dimakan di tempat. Saya pasti kembali ke Pasar Kemiren dan mencoba berbagai macam kuliner lain yang belum saya coba.

Bagaimana? Apakah kalian juga tertarik datang dan mencicipi kuliner di Kemiren secara langsung? Jika kalian berkunjung ke Banyuwangi, pastikanlah mampir ke Pasar Kemiren!

 

  • Penulis adalah siswi SMP Negeri 1 Banyuwangi

Facebook Comments

Comments are closed.