Puasa dan Kereta Api

Oleh: Moh. Husen

mepnews – Dalam sebuah kolom Tajuk berjudul Tahhaduts Bini’matil Ma’iyah di www.caknun.com, Emha Ainun Nadjib menuliskan: “Jadi anak-anakku menulis tidak harus tentang dunia, globalisasi, Negara, Pemerintah dan sistem yang dijalankannya. Atau apapun yang besar-besar. Di Maiyah kita “Sinau Bareng” untuk belajar menemukan “Silaturahmi” atau sambungan kasih sayang antara sebutir jagung dengan ayat Al-Qur`an. Antara sandal jepit dengan Malaikat Jibril. Antara kuku hitam dengan Siti Maryam. Antara ngonthel sepeda dengan Lauhul Mahfudh.”

Maka kali ini, seorang penikmat kopi hitam yang sering mendatangi pengajian Emha dan KiaiKanjeng jika kebetulan berada di seputaran Jawa Timur itu, nekat menulis Puasa dan Kereta Api. Namanya saja nekat. Jadinya ya nekat. Dia tidak tahu kalimat selanjutnya bagaimana, hubungannya apa. Tapi yang penting, bismillah, nekat.

Orang yang bergembira dengan datangnya kereta api pasti dikarenakan ia akan naik kereta api tersebut. Begitu nampak dari kejauhan kereta api akan datang, dia sangat gembira. Senang sekali. Bahagia banget.

Demikianlah kiranya gambaran sabda Nabi Muhammad SAW kepada orang-orang beriman yang akan menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan.

Puasa itu jelas tidak enak. Tapi oleh Tuhan diwajibkan. Tentu agar kita naik kelas. Adakah alasan untuk tidak bergembira saat memasuki sebuah pintu kemungkinan yang membuat kita naik kelas?

Apalagi ada penjelasan cukup gembira bahwa dengan datangnya kereta api puasa ini maka haram jasadnya tersentuh api neraka. Apakah informasi dari Kanjeng Nabi itu kurang cukup menggembirakan bagi kita semua?

Bagaimana mungkin kita tidak gembira ketika ganasnya api neraka tak membikin selembar jasad kita bisa tersentuh olehnya? Jangankan api neraka yang bentuk pastinya hanya Allah yang tahu, bukankah kita sangat bergembira tatkala nyata-nyata api kebencian diguyurkan keseluruhan jiwa raga kita namun tak sedikitpun mampu membakar hancur diri kita, tak sedikitpun membuat kita sirna tenggelam dalam kebencian yang sama, dendam dan putus asa?

“Puasa itu untuk-Ku,” kata Allah dalam sebuah hadits qudsi. Maka, menurut si penikmat kopi hitam,  jika kita naik kereta api puasa ini, insya Allah kita akan selalu tercerahkan, terbimbing oleh Allah hingga selamat menuju Kampung Yang Sejati. Barangsiapa dibimbing Allah, tak ada yang mampu menyesatkan. Barangsiapa siapa yang disesatkan Allah, tak akan ada yang mampu membimbing.

Wallahu a’lam. Si penikmat kopi hitam ini diam-diam ketawa sendiri. Dia terkenang pernah naik kereta api sendirian jauh sekali dengan kelaparan yang sangat lapar karena nekat. Bismillah. Selamat berpuasa.

(Banyuwangi, 12 April 2021)

 

Facebook Comments

Comments are closed.