MEPNews.id – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan inovasi bagi kemajuan Indonesia lewat sivitas akademikanya. Tim mahasiswa Departemen Teknologi Informasi ITS mewujudkan kreativitas pengembangan Grobak. Ini aplikasi berbasis digital untuk distribusi bahan pangan guna menuntaskan problematika food waste di Indonesia.
Berawal dari rasa penasaran berkompetisi, Bagas Immanuel, Calvin Wijaya, dan Muhamad Rifaldi tertarik mempraktikkan kemampuan di ranah software development. “Mulanya berdua dengan Calvin, lalu saya mengajak Rifaldi untuk bergabung. Rifaldi jago desain. Terbentuklah Tim Goldfish ini,” tutur Bagas Immanuel, ketua tim.
Bagas menjelaskan, invensinya mengacu pada 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. “Poin kedua dalam SDGs 2030 adalah zero hunger. Nah, salah satu tantangan yang membuat sulit tercapainya tujuan tersebut adalah banyaknya food waste,” jelas mahasiswa angkatan 2018 tersebut.
Dilansir dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia (BKP Kementan RI), sampah makanan (food waste) orang Indonesia mencapai 300 kilogram per kapita setiap tahunnya. Tingginya angka food waste ini menjadikan Bagas dan timnya membuat aplikasi Grobak.
Aplikasi Grobak bekerja dengan menghubungkan distributor bahan pangan mentah dengan rumah-rumah melalui tukang sayur. Setiap rumah dapat memesan bahan yang ingin dimasak satu hari sebelumnya dan akan diantarkan tukang sayur hari berikutnya. “Kemudahan ini dapat mengalihkan preferensi orang untuk lebih memilih masak sendiri daripada membeli di luar,” ungkapnya.
Menurut Bagas, aplikasi Grobak ini dilengkapi fitur-fitur seperti inspirasi memasak yang tren, bahan yang diperlukan, dan kuantitas setiap bahan untuk membuat masakan. “Dengan mengetahui jumlah bahan yang diperlukan, maka potensi food waste dapat dikurangi,” imbuhnya.
Aplikasi Grobak juga memiliki fitur menarik yaitu Resep. Fitur ini memungkinkan pengguna membeli bundle atau semua bahan dalam satu resep. Di dalamnya juga tersedia informasi nutrisi makro yang terkandung dalam resep tersebut.
“Sejumlah fitur ini kami siapkan dengan target pengguna dapat memakainya setiap hari (daily use),” kata mahasiswa asal Lumajang tersebut.
Tentang proses pembuatan aplikasi ini, Rifaldi menyampaikan ada pembagian tugas. Dia sebagai desainer antarmuka aplikasi, user interface, dan user experience. “Bagas bertugas menyusun laporan penelitian berdasarkan studi kasus. Calvin memprogram aplikasi yang telah didesain menjadi aplikasi representatif untuk dilombakan,” urai mahasiswa asal Tangerang ini.
Aplikasi yang dirancang untuk kompetisi Software Development di Invention Himakom Udayana 2020 ini berhasil meraih juara kedua. Dengan pengalaman ini, Bagas dan tim mengasah kemampuan dalam bidang pengembangan Internet of Things (IoT). “Dengan tambahan rancangan dari segi bisnis, kami berencana melombakan lagi aplikasi Grobak ini,” kata Rifaldi. (HUMAS ITS)