Oleh: Budi Winarto*
mepnews.id – Bagi umat Islam yang beriman, bulan Ramadan bisa menjadikan level berbeda untuk setiap ibadah yang dilakukan. Bukan hanya peningkatan ibadah dalam bentuk sholat, sedekah, dzikir, tadarus serta kebaikan lainnya, namun kualitas ibadah, terutama puasa dari seseorang yang memiliki level iman yang meninggi akan menjadikan ibadah mereka berbeda.
Orang yang memiliki level keimanan yang semakin tinggi tentu siap menjaga diri dari apa-apa yang bisa membatalkan puasanya, seperti makan dan minum. Selain itu, ia juga bisa menjaga setiap ‘gerak-gerik’-nya. Mengasah hati, mempertajam naluri, serta memperbaiki lisan diri.
Kenapa lisan juga perlu diperbaiki?
Karena, setiap apa yang keluar dari lisannya adalah cerminan dirinya. Orang yang bisa menjaga lisannya dengan baik biasanya juga bisa menjaga hati dari segala kotorannya. Bukan hanya lisan, hati dan jiwa yang bersih akan menjadikan manusia mudah mengoptimalkan berbagai kecerdasan yang dimiliki.
Ada beberapa diskursus keilmuan yang membahas berbagai kecerdasan manusia yang berkembang saat ini. Dari beberapa konsep, sesungguhnya setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk bisa mengoptimalkan berbagai kecerdasan. Mulai dari, Intelligence Quotient (IQ) alias kecerdasan intelektual, Emotional Quotient (EQ) alias kecerdasan emosi, Spiritual Quotient (SQ) alias kecerdasan spiritual, hingga Intelligent Communication Quotient (ICQ) yakni kecerdasan komunikasi. Kecerdasan komunikasi ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif, memahami orang lain, dan membangun hubungan yang efektif.
Keempat kecerdasan ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Seseorang yang memiliki kecerdasan seimbang dari empat aspek ini akan cenderung memiliki kemampuan lebih baik dalam menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.
Lalu, dari mana kita bisa memulai menumbuhkan berbagai kecerdasan tersebut?
Ramadan secara spirit bisa disebut sebagai bulan pelatihan diri. Oleh karenanya, tidak ada salahnya kalau pada bulan ini kita bisa mulai melatih kecerdasan. Terutama melatih kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan tak kalah pentingnya kecerdasan komunikasi.
Khusus kecerdasan komunikasi, mungkin saat ini jarang tersentuh. Padahal kecerdasan satu ini sangatlah dibutuhkan. Bukan hanya komunikasi vertikal dengan Tuhan, melainkan juga komunikasi antar sesama manusia. Komunikasi horizontal ini juga perlu kita tata dan selaraskan. Komunikasi yang baik bisa saja menjadi jalan pembuka kesuksesan kita.
Tak jarang, kesuksesan kita terkendala karena kurang baiknya komunikasi, terutama komunikasi vertikal (dengan Tuhan). Saat komunikasi secara vertikal bisa kita tunaikan dengan baik, maka bakal tumbuh ketaqwaan. Saat kita mampu mengoptimalkan komunikasi horizontal dengan sesama manusia, maka hubungan dengan sesama akan jadi harmonis. Keharmonisan yang terbangun ini akan menumbuhkan relasi, sinergi dan kolaborasi, dengan cara meyakinkan diri di hadapan orang lain (menimbulkan trust). Hal ini bisa terjadi karena ICQ yang dimiliki seseorang telah berwujud menjadi kemampuan diri untuk bisa berbicara, mendengarkan, membaca bahasa tubuh, serta kemampuan mengelola emosi dan beradaptasi dengan baik. Semua itu adalah hasil dari kemampuan saat seseorang telah meguasai kecerdasan berkomunikasi. Dan di sini lah makna komunikasi yang baik akan bisa membuka jalan kesuksesan.
Belajar berkomuikasi yang baik tentu tidaklah bisa seperti bim salabim. Perlu proses untuk membersamai. Komunikasi yang baik bisa hadir dari orang-orang yang telah bisa melatih dan mengendalikan emosinya dengan baik. Mulai dari meningkatkan kesabaran dan ketabahan, membangun kedisiplinan dan konsistensi, serta membangun kesadaran dalam meningkatkan ketaqwaan terhadap segala perintah yang diajarkan dan menjauhi segala larangan yang dianjurkan. Maka, Ramadan ini adalah bulan yang tepat sebagai bulan pendidikan dan pelatihan.
Mengapa demikian?
Di bulan Ramadan, dzikir yang kita lakukan, tadarus yang kita kumandangkan, serta sholat sunah yang kita tunaikan di tengah sholat wajib, akan memproses diri kita untuk menjadi lebih baik. Aktifitas kebaikan yang biasa kita lakukan membuat frequensinya bisa menghantarkan getaran positif pada diri kita. Serpihan dari kebaikan-kebaikan yang kita kerjakan akan mengendalikan setiap tindakan dan prilaku kita.
Perkataan-perkatan baik yang keluar dari lisan seseorang itu sebenarnya buah dari menjalankan nilai-nilai kebaikan dengan benar. Sekali lagi, Ramadan menjadi ladang untuk beruji-coba. Momen, situasi dan kondisi saat Ramadhan berada pada satu titik yang tepat untuk dimulainya kebaikan.
Maka, perhatikan! Disadari atau tidak, dari sekian banyak orang-orang di sekitar kita, yang terbiasa bercakap lembut dan menyejukkan hati pasti di belakanngnya ada dasar keimanan yang kuat. Semakin tinggi keimanan yang dimiliki seseorang maka akan semakin mulya akhlaq kepribadiannya. Cerminannya adalah apa yang keluar dari lisannya.
Lisan yang mengeluarkan perkataan lembut nan menyejukkan itu bersumber dari bersihnya hati. Kotoran hati bisa bersih karena ibadah dan kebaikan serta kebajikan yang dikerjakan. Sekali lagi, Ramadan bisa menjadi momen untuk mengikhtiarkan ibadah dan kebaikan secara maksimal untuk memperbaiki lisan menuju kemulyaan.
- Penulis kelahiran Malang yang tinggal di Mojokerto