Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – “Kalau mau ke gedung itu, ya… tinggal lurus aja ke utara, trus ke barat sedikit, udah sampe lah… Dekat kok.”
Ini kalimat yang saya sering dengar saat Pak Suami memberi arahan kalau saya mau pergi ke suatu tempat.
Paham? Nggak! Buat sata, itu petunjuk yang bikin semakin lieur alias pusing dan bingung. Utara, selatan, barat, timur. arah mata angin, itu saya ngga paham… huff.
Mungkin beda cerita kalau dia menyampaikannya dengan memberikan petunjuk arah berdasarkan ‘tanda’ tertentu. Misal, menunjukkan gedung, taman, atau penanda lain yang sifatnya real atau pernah saya ingat sebelumnya. Kalau petunjuk macam gini, saya lebih cepat paham.
Misal arahannya begini: “Dari depan mall itu, lurus aja. Terus, belok kiri ikut jalan. Nah, belokan kedua, ke kiri sebelum patung Balai Kota. Buat saya, petunjuk semacam itu lebih jelas dan ringkas.
………..
Pembaca yang budiman, apakah Anda mengalami hal yang sama? Tentu, yang saya alami tidak selalu berlaku pada semua orang. Tapi, kebanyakan perempuan bisa merasakannya.
Mengapa demikian?
Konon, laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang beda dalam hal navigasi. Ini karena kaum perempuan memiliki ‘corpus callosum’ yang lebih besar. Corpus callosumya itu struktur otak semacam ‘jembatan’ yang menghubungkan bagian kiri dan bagian kanan. Jembatan yang lebih besar ini memungkinkan terjadinya ‘komunikasi’ yang lebih baik antara otak kri dan otak kanan. Hal ini memungkinkan para wanita cenderung lebih bisa menggunakan petunjuk visual atau landmark dibandingkan petunjuk navigasi berupa ‘peta mental’ arah utara selatan barat timur…
Selain itu, faktor sosial budaya juga berpengaruh. Biasanya para pria lebih sering terlibat dalam kegiatan yang melatih kemampuan navigasi, antara lain main game atau olahraga berbasis orientasi. Sedangkan kaum wanita jarang terlibat kegiatan yang menuntut navigasi.
Saya yakin di luar sana ada juga ibu-ibu dan kaum Hawa lain yang memang jago membaca peta dan paham kompas arah utara-selatan-barat-timur. Kalau saya, kurang jago. Memang, semua ini hanya masalah pendekatan dan pengalaman.
Jadi, ah sudahlah. Bapak-bapak… mohon dimaklumi saja apabila istrinya atau teman wanitanya sulit baca peta atau memahami arahan kompas ya. Kami memilih tanya langsung ke siapapun orang yang sekiranya bisa membantu.
Hahahhaa.