Strategi Kemenag Membangun Kerukunan dan Moderasi Beragama di Indonesia

 

Oleh: Liya Lusiana, Mahasiswa Semester V Prodi KPI STAIMAS Wonogiri, Penyuluh Agama Islam Kecamatan Paranggupito

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman budaya dan agama. Salah satu prinsip utama yang dianut bangsa ini adalah “Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu)”.

Dengan enam agama resmi dan berbagai aliran kepercayaan yang diakui,Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga keharmonisan sosial. Konflik Agama, baik intoleransi, diskriminasi, radikalisme ini menjadi ancaman nyata yang dapat memecah belah masyarakat. Moderasi Agama memiliki peran penting dalam upaya memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam hal ini, Kementerian Agama (Kemenag) memiliki peran penting sebagai institusi yang bertanggung jawab memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Pada Hari Amal Bakti ke-79 tahun 2025 ini Kemenag mengangkat tema “Umat Rukun Menuju Indonesia Emas”. Kemenag melakukan berbagai upaya untuk menyatukan umat yang beragam di Indonesia.

Humanisme agama berfokus pada nilai-nilai kemanusiaan universal, menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk menciptakan harmoni dan keberagaman. Peran Kemenag dalam mempromosikan moderasi beragama, serta strategi konkret dalam membangun kerukunan di tengah masyarakat yang majemuk.

Moderasi beragama mengajarkan setiap individu untuk menolak segala bentuk kekerasan yang dilakukan atas nama agama. Pemerintah juga ikut serta bersama-sama melawan radikalisme dan intoleransi yang meresahkan kehidupan masyarakat. Melalui interaksi yang sehat dan konstruktif, masyarakat dapat menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang keberagaman agama dan keyakinan, serta mengatasi kesalahan pahaman yang sering menjadi sarana untuk menemukan solusi terhadap konflik yang mungkin timbul karena perbedaan agama.

Pendidikan juga menjadi instrumen penting dalam penerapan moderasi beragama yang anti kekerasan. Pendidikan yang inklusif yang mengajarkan nilai-nilai toleransi serta keberagaman sejak dini dapat membentuk karakter individu yang cinta damai dan menghargai perbedaan. Selain itu, melalui ekstrakurikuler yang melibatkan siswa dari berbagai latar belakang agama, mereka dapat belajar untuk mengatasi perbedaan dan bekerja sama dalam suasana yang harmonis.

Media massa dan teknologi informasi juga memiliki peran penting dalam penerapan moderansi beragama yang anti kekerasan. Media massa perlu menyajikan informasi yang akurat dan seimbang tentang isu-isu keagamaan, serta mengindari pemberitaan yang cenderung memprovokasi dan memicu konflik. Pada sisi lain, penggunaan media sosial dan platfrom digital harus digunakan dengan bijaksana dan bertanggung jawab, serta menghindari penyebab ujaran kebencian dan diskriminasi yang dapat memicu kekerasan.

Terkait ini, pemerintah sebagai aktor utama harus mengambil langkah tegas terhadap kelompok atau individu yang menggunakan agama sebagai alasan untuk melakukan kekerasan. Penegakan hukum yang tegas dan adil menjadi intrumen penting untuk menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat. Dengan mengedepankan moderasi beragama yang anti kekerasan, setiap pribadi dapat menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis bagi seluruh masyarakat untuk hidup bersama dalam keberagaman. Humanisme agama adalah pendekatan yang menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber pada agama. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada aspek teologis tetapi juga bagaimana agama berkontribusi pada kehidupan manusia yang damai, adil, dan humanis.

Nilai-nilai utama humanisme agama meliputi; pertama, kemanusiaan sebagai inti keberagamaan dengan menempatkan penghormatan terhadap martabat manusia sebagai bagian dari pengamalan agama. Kedua, toleransi dan pengakuan terhadap perbedaan dengan mengakui bahwa keberagaman adalah sunnatullah (ketetapan Tuhan) yang harus dihargai. Ketiga, keadilan dan kesetaraan dengan mengedepankan keadilan dalam interaksi sosial tanpa diskriminasi terhadap agama atau keyakinan tertentu. Keempat, dialog dan kolaborasi dengan membuka ruang untuk diskusi lintas agama dan keyakinan demi mencapai pemahaman bersama.

Dalam konteks Indonesia, humanisme agama tidak hanya relevan secara spiritual tetapi juga penting untuk menjaga stabilitas sosial dan politik. Kemenag berperan sebagai institusi pemerintah yang bertanggung jawab atas urusan agama. Tugas utamannya untuk memastikan kerukunan antar umat beragama bisa terwujud. Peranan ini sebagai kebijakan, program, dan kegiatan yang didasarkan pada nilai moderasi beragama.

Humanisme agama yang diusung Kemenag yaitu pendekatan yang relevan untuk menjawab tantangan keberagaman di Indonesia. Dengan menempatkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai inti keberagamaan, strategi ini tidak hanya mendorong toleransi tetapi juga memperkuat rasa persaudaraan di tengah masyarakat majemuk.

Keterlibatan pemerintah dan tokoh agama dalam mempromosikan penerimaan terhadap tradisi dan budaya juga sangat penting. Mereka dapat berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam dialog antar umat beragama dan antarbudaya, serta membantu menciptakan kesepakatan bersama tentang bagaimana mengakomodasi dan menjaga keberagaman tradisi dan budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Keberhasilan pendekatan ini sangat bergantung pada sinergi antara Kementerian Agama, tokoh agama, masyarakat sipil, dan pemerintah daerah. Dengan kolaborasi yang solid, visi Indonesia yang damai dan rukun dalam keberagaman dapat terwujud.

Facebook Comments

Comments are closed.