6 Hal yang Bisa Mengoyak Rumah Tangga

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – Rasanya tidak nyaman ngobrol soal perceraian di sini. Tapi, karena tadi ada teman yang curhat, saya mencoba memberi beberapa poin.

Pertama dan yang paling utama, perceraian itu tindakan yang diperbolehkan tetapi sangat tidak dianjurkan menurut Islam. Perceraian diperbolehkan jika suami dan istri sudah tidak dapat lagi hidup bersama dalam keharmonisan. Namun, perceraian sebaiknya menjadi pilihan terakhir setelah semua upaya untuk memperbaiki hubungan telah dilakukan. Ingat, perceraian itu tidak disukai Allah.

Berdasarkan kajian ilmiah, saya merujuk ke hasil studi klasik tahun 1997 yang diterbitkan Journal of Marriage and Family. Paul R. Amato dan Stacy J. Rogers, peneliti dari University of Nebraska-Lincoln di Amerika Serikat ketika itu, menganalisis data selama satu dekade atas ribuan pasangan menikah. Mereka menemukan enam hal penyebab utama perceraian berikut ini;

 

  • Perselingkuhan

Ini salah satu penyebab utama perceraian. Secara signifikan, selingkuh bisa merusak kepercayaan emosional dalam suatu hubungan. Ketika ada yang melanggar janji kesetiaan, itu menyebabkan rasa sakit emosional mendalam dan rasa dikhianati di hati pasangan. Sulit bagi pasangan yang merasa dikhianati ini untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari pihak yang selingkuh. Pelanggaran keras semacam ini dapat mengikis fondasi rumah tangga.

Belakangan, studi psikologis secara konsisten menunjukkan bahwa tindak perselingkuhan itu bukan sekadar yang berupa fisik. Bahkan, pelanggaran komitmen emosional dan integritas saja bisa dianggap perselingkuhan. Jadi, waspadai ini baik-baik.

  • Boros

Masalah uang juga menjadi penyebab retaknya rumah tangga. Salah satu pemicunya adalah kebiasaan belanja yang tidak bertanggung jawab. Boros. Jika salah satu pasangan terus membuat keputusan keuangan tanpa berkonsultasi dengan pasangannya atau mengabaikan anggaran yang telah disepakati, hal ini dapat menimbulkan masalah. Mulai dari level gusar, stress, hingga kebencian, yang pada akhirnya menuju kehancuran pernikahan. Pengelolaan keuangan itu lebih dari sekadar stabilitas keuangan, tapi juga mencerminkan masalah yang lebih dalam. Ini juga melibatkan rasa hormat, komunikasi, hingga tujuan bersama dalam hubungan.

  • Mabuk

Bisa karena minuman keras, narkoba, atau lainnya. Belakangan ini, ada berbagai zat dan kegiatan tertentu yang juga bisa membuat orang kehilangan kesadaran. Kalau sudah keseringan mabuk dan tak terkendali, ini dapat sangat membebani rumah tangga dan sering disebut-sebut sebagai pemicu perceraian. Kondisi mabuk dapat mengubah perilaku, mengganggu cara berfikir, dan menyebabkan ketidakstabilan emosi. Ini tentu menciptakan lingkungan yang tidak aman atau tidak dapat diprediksi dalam rumah tangga. Maka, muncul masalah berantai berikut seperti kesulitan keuangan, pengabaian tanggung jawab, atau melebarnya jarak secara emosional. Jika ini dibiarkan, tentu bisa berkontribusi pada ketidakpuasan dan konflik.

  • Cemburu

Kecemburuan, yang berakar pada pengalaman masa lalu atau rasa tidak aman pada masa ini, dapat meracuni hubungan karena menumbuhkan ketidakpercayaan dan perilaku mengendalikan. Sekadar cemburu, itu wajar. Tapi, jika cemburunya sudah berlebihan, itu mencerminkan masalah mendasar. Antara lain berupa rendahnya harga diri, ketakutan akan ditinggalkan, atau trauma yang belum terselesaikan. Masalah ini dapat mengarah pada pikiran obsesif, asal tuduh, dan upaya untuk mengontrol tindakan pasangan. Seiring waktu, cemburu berlebihan dapat melemahkan keintiman dan mengikis hubungan emosional di antara pasangan. Rekonsiliasi jadi sulit terjadi jika akar permasalahannya tidak teratasi.

  • Murung

Sesekali murung itu oke-oke saja seiring dengan dinamika keadaan. Tapi, kemurungan kronis biasanya mencerminkan ketidakstabilan emosi. Kondisi ini dapat membebani hubungan rumah tangga. Bisa menciptakan suasana tegang atau tidak nyaman di rumah. Terjadinya perubahan suasana hati, entah karena kondisi kesehatan mental atau stres situasional, dapat memicu konflik, berkembangnya jarak emosional, dan kesulitan dalam menyelesaikan perselisihan dengan cara tenang. Ketika fluktuasi suasana hati terlalu mendominasi dinamika hubungan, hal ini dapat membuat pasangan merasa diabaikan atau merasa gelisah secara emosional. Ujung-ujungnya berkembang perasaan tidak puas yang pada akhirnya bisa rusaknya keharmonisan pernikahan.

  • Kebiasaan yang Menjengkelkan

Sebelum menikah, biasanya yang terbayang di benak masing-masing calon adalah hal-hal baik dari pasangannya. Setelah menikah, berbagai kebiasaan atau perilaku asli mulai bermunculan. Misal, kebiasaan meninggalkan cucian kotor, selalu terlambat, atau terus-menerus lupa. Kebiasaan atau perilaku kecil ini awalnya bisa diterima atau ditoleransi. Tapi, jika terus-terusan muncul tanpa ada perbaikan, ini dapat menjadi sumber kejengkelan dan ketegangan signifikan dalam sebuah pernikahan. Kebiasaan semacam ini dapat melemahkan kesabaran dan niat baik di antara pasangan. Jika tidak ditangani, ini bisa memicu pertengkaran atau jarak emosional.

Hasil kajian ilmiah Amato dan Rogers ini memang sudah cukup usang, namun signifikasinya masih layak hingga sekarang. Maka, mari kita terus mewaspadai enam kondisi di atas untuk memelihara hubungan rumah tangga kita.

Facebook Comments

Comments are closed.