Setelah Stress, Mengapa Jadi Pingin Makan?

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – Saat takut cicak, pernahkah Anda justru kejatuhan cicak hingga masuk ke dalam baju? Saat enak-enak nyetir di jalan tol, pernahkan tiba-tiba rem blong sehingga Anda mendarat di jalur darurat? Pernahkan Anda diintimidasi oleh preman pinjol?

Saat mengalami hal-hal semacam itu, reaksi psikologis yang muncul adalah ‘fight or flight respons‘. Respons ‘melawan atau kabur.’ Ketika menghadapi situasi yang dianggap sebagai ancaman, tubuh otomatis mengaktifkan respons ini untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup. Sistem saraf simpatis tubuh mengaktifkan pelepasan hormon stres, seperti adrenalin dan noradrenalin, yang menghasilkan sejumlah perubahan fisiologis. Antara lain peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, pernapasan yang lebih cepat, pelepasan glukosa ke dalam darah, dan peningkatan fokus mental, tubuh gemetar atau berkeringat, dan lain-lain.

Namun, beberapa jam setelah stres berlalu, Anda sangat mungkin merasakan respons lain; tiba-tiba sangat ingin makan. Bahkan, makan makanan yang yang diproses sangat tinggi, makanan berlemak tinggi, junk food, yang Anda tahu makanan itu sebenarnya tidak baik untuk Anda. Namun, Anda sangat ingin memakannya karena merasa makanan semacam itu dapat menghilangkan stres dan ketegangan, serta memberikan rasa kendali atas diri sendiri.

Pembaca yang budiman, kita tidak selalu makan hanya karena kita lapar dan memiliki kebutuhan fisik tertentu. Setiap kali kita stres atau merasakan ada ancaman, ini juga dapat memicu keinginan kita untuk makan. Makan secara emosional setelah kejadian yang memicu stres ini sudah tidak asing lagi bagi manusia pada umumnya dan para ilmuwan pada khususnya.

Pertanyaannya, bagaimana hal semacam ini bisa terjadi? Bagaimana sebuah ancaman memberi sinyal pada otak untuk menginginkan makanan yang dianggap bisa menenangkan?

Pertanyaan itu dijawab oleh ilmuwan dari Virginia Tech di Amerika Serikat. Tim peneliti di sana telah menunjukkan dengan tepat sebuah molekul di wilayah otak yang disebut hipotalamus yang terhubung dengan perubahan di otak sehingga menyebabkan makan berlebihan secara emosional.

Tim peneliti ini dipimpin oleh Sora Shin, asisten profesor di Fralin Biomedical Research Institute sekaligus asisten profesor di Departemen Nutrisi Manusia, Makanan, dan Olahraga di Fakultas Pertanian dan Ilmu Hayati, Virginia Tech. Hasil penelitian mereka dilaporkan di Nature Communications, edisi 1 Oktober 2023.

Shin dan tim penelitinya menyelidiki Proenkephalin. Molekul kecil ini umum ditemukan di berbagai bagian otak, namun hanya sedikit yang meneliti perannya dalam hipotalamus. Maka, Shin menduga molekul ini berperan dalam stres dan makan, karena hipotalamus merupakan pusat pengaturan perilaku makan.

Untuk mengujinya, para peneliti di laboratorium memaparkan tikus pada bau kotoran kucing. Bau predator alami selalu memicu respons ancaman pada otak tikus. Dalam 24 jam kemudian, tikus menunjukkan emosi negatif dan perilaku makan berlebihan. Pada saat yang sama, neuron di otak mereka menunjukkan kepekaan terhadap konsumsi makanan tinggi lemak.

Untuk mengkonfirmasi peran molekul dalam pola makan yang disebabkan stres, para peneliti mengaktifkan neuron yang sama secara artifisial dengan cahaya yang menstimulasi molekul yang dikodekan secara genetik yang diekspresikan dalam membran sel saraf, tanpa aroma predator. Peneliti melihat respons serupa.

Selain itu, ketika para peneliti memaparkan tikus pada bau kucing dan menenangkan reaksi neuron yang mengekspresikan molekul tersebut dengan teknik yang sama, tikus tidak menunjukkan keadaan emosi negatif dan tidak makan berlebihan.

Sora Shin berkesimpulan, sesuatu tentang molekul ini sendiri sangat penting untuk mendorong konsumsi berlebihan setelah ancaman terjadi.

Penemuan ini memberi kemungkinan target terapi untuk meringankan pola makan yang dipicu secara emosional. Namun, masih banyak yang kita perlu pelajari. Tapi, peneliti telah menemukan lokasinya. Ini bisa menjadi titik awal yang baik.

 

Facebook Comments

Comments are closed.