Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – “Pa, yuk hiling ke pulau seberang. Sudah suntuk nih. Pingin berendam di pantai atau manjat gunungnya,” begitu rengek seorang istri.
“Hilang, hiling… Hilang, hiling… Dompet sedang nipis, nih! Pulang hiling malah tambah pusing karena dompet garing.”
“Gak ada cara lain, yah?”
………..
Pembaca yang budiman, kalau ada orang bilang atau nulis hiling itu maksudnya healing. Dalam bahasa Inggris, itu maksudnya ‘menyembuhkan’ atau ‘melakukan sesuatu untuk penyembuhan.’ Sembuh dari apa? Aslinya sih sembuh dari sakit fisik. Namun, belakangan artinya berkembang menjadi sembuh juga dari masalah-masalah mental semacam suntuk, tertekan, bengong, dan sejenisnya.
Memang, banyak penelitian dan pengalaman pribadi yang menunjukkan jalan-jalan atau traveling dapat berdampak positif pada proses penyembuhan secara fisik maupun mental. Manfaatnya antara lain; mereduksi stres karena mengalami suasana baru, refreshing alias bisa melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari, membuka perspektif baru, bisa berinteraksi sosial dengan orang baru atau berinteraksi dengan budaya berbeda, hingga menciptakan kenangan positif. Tentu saja, hasil dari travelling bervariasi dari individu ke individu dan dari satu suasana ke suasana lain.
Tapi, Pak Suami di atas ada benarnya juga. Kadang, travelling itu butuh modal. Selain uang, juga butuh waktu. Kalau jumlah yang pergi bertambah, atau waktunya bertambah, biayanya juga otomatis bertambah. Kalau memenuhi keinginan healing tapi akhirnya nguras uang di rekening, tentu pulangnya tambah pusing.
Terus, apa ada solusinya? Tenang…tenang…. Berbuat baik kecil-kecilan, dan bahkan nyaris tanpa modal, bisa membuat kita lebih bahagia dan melepas kesuntukan saat itu juga, sepanjang hari, atau sepanjang minggu, bahkan jauh lebih lama.
Ada bukti ilmiahnya. Analisis yang dirilis ilmuwan dalam inisiatif penelitian BIG JOY Project menunjukkan, orang yang melakukan ‘micro-act‘ (tindakan sangat remeh dan biasa saja) kegembiraan setiap hari bisa mengalami peningkatan kesejahteraan emosional 25% selama seminggu.
Terus, apa contoh micro-act kegembiraan itu? Ya, misalnya menambah ucapan bersyukur, banyak berdoa pada Tuhan, menuliskan jurnal tindakan-tindakan baik yang sudah dilakukan, merenungkan kejadian-kejadian tertentu dalam hidup, memberi kesempatan antrian lebih dulu pada orang lain yang lebih membutuhkan, tersenyum pada teman, mengucapkan salam dengan tulus saat bertemu siapa saja, berbagi cemilan pada orang lain saat menunggu di ruang dokter, menjenguk rekan yang sakit, menolong anak yang jatuh dari sepeda, bahkan menyingkirkan batu kecil yang mungkin mengganggu orang di jalan.
Emiliana Simon-Thomas, pemimpin BIG JOY Project yang juga direktur sains di Greater Good Science Center di University of California, Berkeley, di Amerika Serikat, mengaku sangat bahagia dengan hasil temuan ini. Menurutnya, ada perubahan signifikan dan terukur secara statistik atas kesejahteraan mental yang lebih baik, stres yang berkurang, dan kepuasan hubungan yang lebih besar, saat kita rutin melakukan tindakan-tindakan kecil kebaikan ini.
Para peneliti menguji lebih dari 70.000 partisipan di lebih dari 200 negara, dan akan terus berkembang. Proyek yang bersifat ‘citizen science‘ ini masih terbuka bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi. Siapa saja boleh mengikuti survei online untuk menjawab pertanyaan tentang emosi, stres, dan kecenderungan sosial mereka. Kemudian, setiap hari selama tujuh hari berturut-turut, mereka mencoba aktivitas kecil kebaikan yang oleh para peneliti disebut ‘micro-act‘ kegembiraan.
Saat melakukan micro-act kegembiraan, orang merasa bisa memiliki kendali atas emosi diri sendiri. Ini bisa menjadi salah satu penjelasan atas peningkatan rasa kesejahteraan yang terlihat dalam survei. Kita bisa merasakan kegembiraan bahkan di tengah penderitaan, lalu menggunakan perasaan itu untuk membantu kita berbuat baik.
Kata Rasulullah Muhammad SAW, “Barangsiapa menyingkirkan gangguan dari jalan kaum Muslimin, maka akan dicatat untuknya satu kebaikan. Siapa saja yang diterima darinya satu kebaikan maka ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari dan ad-Dhiya al-Muqdisi, dari Ma’qil bin Yasar ra).
POST A COMMENT.