Oleh: Esti D. Purwitasari SPsi MM
mepnews.id – Dalam setengah tahun terakhir, saya melihat begitu pesat perkembangan teknologi Artificial Intelligent (AI). Kemudahan-kemudahan yang tersedia di Internet jadi semakin mudah dan pintar dengan adanya teknologi kecerdasan buatan ini. Bahkan, sejumlah pekerjaan yang biasanya dikerjakan manusia kini lebih cepat dan cermat dikerjakan AI.
Guncangan paling gress ini terjadi pada November 2022 ketika OpenAI merilis ChatGPT yang disusul berbagai fitur AI lain yang bisa mengerjakan apa saja. Sampai-sampai, studi Goldman Sachs memprediksi AI akan membuat gangguan signifikan di pasar kerja. Dua pertiga lapangan kerja di Amerika Serikat akan terpengaruh oleh otomatisasi AI, dan seperempat dari jumlah itu bakal diganti seluruhnya oleh AI.
Bagaiamana dengan di Indonesia? Kecenderungan semacam itu juga mulai terasa meski tampaknya belum seekstrem di Amerika Serikat. Jasa-jasa agen layanan pelanggan, pemasaran, media, dan beberapa lainnya, sudah masuk sasaran tembak.
Apakah ini kabar duka atau kabar gembira? Bisa kedua-duanya. Yang pasti, AI memang merevolusi lapangan pekerjaan; untuk melengkapinya, dan bukan untuk menggantikannya. Ya, karena teknologi tidak dapat menggantikan pemikiran manusia. Tidak bisa menggantikan rasa kasih sayang, kepemimpinan, dan kemampuan beradaptasi.
Nah, jika Anda ingin tetap cemerlang di bursa kerja di era AI, terus kembangan soft skill yang dimiliki manusia. Setidaknya, ada lima keterampilan manusia yang patut Anda latih dan praktikkan di zaman ini;
- Kemampuan manajemen dan kepemimpinan
Kalau ada permasalahan nyata di tempat kerja, rasanya Anda tidak akan hanya duduk di depan komputer untuk menyelesaikannya. Jangan cuma bertanya pada mesin cerdas yang diberdayakan AI generatif untuk membahas penyelesaian konflik. Anda harus turun langsung ke lapangan.
Nah, keterampilan dalam kepemimpinan, termasuk manajemen konflik dan keterampilan pemberdayaan karyawan, tidak dimiliki oleh AI. Pemimpin yang baik memiliki empati dan pemahaman tentang cara menavigasi gelombang emosi manusia, mampu mengelola tim, mampu berinteraksi dan berhubungan secara efektif dengan keragaman budaya tim global dan tipe kepribadian berbeda.
Pemimpin yang efektif memahami perubahan pikiran untuk bekerja dengan tim. Perencanaan dan komunikasi kerja mungkin bisa dibantu AI. Tapi, memotivasi tim adalah urusan leadership dan management yang manusiawi. Memimpin tim secara efektif itu membutuhkan kepercayaan diri untuk memberikan motivasi dan dorongan pada karyawan, yang belum tentu bisa dilakukan AI.
- Kemampuan beradaptasi.
Tak diragukan lagi, teknologi mengubah begitu banyak cara hidup termasuk dalam dunia kerja. Maka, pekerja perlu memeriksa ego diri lalu siap beradaptasi dengan metode baru. Jangan buru-buru mengatakan, “Tugas ini tidak ada dalam bidang kerja saya.” Teknologi sudah melampaui apa yang dapat diikuti sebagian besar pekerja. Maka, karyawan harus terus beradaptasi dengan perubahan di lingkungan kerja. Harus fleksibel. Harus mau terus mempelajari hal baru. Karyawan yang dapat beradaptasi bakal lebih berharga dan lebih siap menghadapi apa saja. Di sisi lain, boss juga perlu beradaptasi. Para leader dapat beradaptasi dengan mempromosikan kolaborasi, menerima ide-ide baru, membina koneksi, dan sejenisnya.
- Melek teknologi.
Saat AI sudah menyusup ke tempat kerja, ya terima saja. Daripada buang-buang waktu untuk menolak perubahan, lebih baik manfaatkan saja AI untuk menjadi produktif. Masuknya AI dalam pekerjaan ini cuma masalah waktu; seberapa cepat atau seberapa lambat. Maka, Anda harus siap mempelajari cara menggunakan alat cerdas untuk meningkatkan produktivitas. Anda harus melek teknologi. Tapi, jangan sampai lupa untuk tetap menanamkan sentuhan manusiawi ke dalam pekerjaan.
- Berpikir analitis dan memecahkan masalah.
AI dapat melakukan tugas analitik lebih cepat dan lebih efisien daripada manusia. Bertahun-tahun sebelumnya, komputer juga terbukti bisa melakukan hal itu. Tetapi, jangan lupa, hanya manusia yang dapat memastikan klien atau pelanggan memiliki pengalaman positif dengan pekerjaannya. Teknologi memang bisa membuat analisis dan memecahkan masalah; tapi dengan cara sangat mekanis. Manusia lah yang bisa menganalisis dan memecahkan masalah secara humanis. Maka, Anda boleh menggunakan bantuan alat untuk menganalisis atau memecahkan masalah, tapi saat menerapkannya Anda perlu sentuhan manusiawi termasuk berupa hubungan emosional.
- Berpikir kreatif/inovatif.
Salah satu sifat dasar manusia adalah berpikir kreatif dan atau inovatif. Kita bisa memecahkan masalah, melontarkan ide-ide baru, memandang jauh ke depan, atau merefleksi jauh ke belakang. Manusia juga bisa melihat situasi tertentu lalu mengevaluasinya dari beberapa perspektif berbeda. Berpikir semacam itu melibatkan empati, brainstorming, visualisasi, observasi, pemecahan masalah, pengelolaan isu, bereksperimen, dan lain-lain.
Nah, daripada menganggap AI sebagai musuh, lebih baik anggap itu sebagai kekuatan pendorong untuk menemukan kembali kekuatan baru dalam pekerjaan. Human skill apa yang Anda miliki untuk bekerja secara kolaboratif dengan AI?