Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – “Bisa-bisa aku stress, Mbak…!” teriak seorang teman. “Masalahku di rumah sudah banyak, sekarang Boss nambah-nambahi pekerjaan. Padahal, empat hari lagi ada audit keuangan. Duh, rasanya aku mau menjerit-jerit saja, Mbak.”
Saya segera datang untuk sekadar memberinya ketenangan dan dukungan dengan cara memeluknya serta menawarkan segelas air. Tapi, rupanya pengaruh tekanan ekstra berat membuat teman saya tak terkontrol. Praaang…. gelas hancur berkeping-keping di lantai setelah tangannya menangkis uluran tangan saya.
———–
Pembaca yang budiman, teman saya mengalami under pressure. Ia merasa tertekan untuk menyelesaikan tugas dalam waktu singkat dengan tuntutan kualitas tinggi, atau sedang dalam situasi sulit di rumah. Saat seseorang merasa under pressure, otak dan tubuhnya mengalami berbagai perubahan fisiologis dan psikologis.
Tubuhnya melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin yang meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan, serta menegangkan otot-otot. Sistem saraf simpatis sudah ‘mode-on‘ mendorong respons ‘fight or flight‘ (siap tarung atau kabur saja). Di dalam otak, amigdala diaktifkan sehingga menyebabkan perasaan cemas, takut, atau tergesa-gesa. Akibatnya, terjadi gangguan fungsi kognitif dan motorik. Ia bisa kehilangan konsentrasi, memori, dan terganggu kemampuannya mengambil keputusan. Bahkan, gerak refleksnya bisa tak terkontrol.
Tapi, berlawanan dengan kondisi teman saya tadi, ada juga orang-orang yang tetap tenang meski sedang di bawah tekanan atau bahkan dalam situasi sangat menantang. Mereka tidak panik, dan malah sangat konsentrasi ketika sedang berjuang dalam pertempuran paling sulit.
Mengapa ada orang yang gampang panik dan yang tetap tenang dalam kondisi di bawah tekanan? Kuncinya satu; itu semua karena kebiasaan. Nah, berikut ini beberapa kebiasaan yang membuat orang lebih santai menghadapi hidup yang penuh tekanan. Kalau Anda punya sebagian dari kebiasaan-kebiasaan ini, bersyukurlah.
- Yakin tidak sendirian
Jika yakin ada kekuatan lebih besar yang mengatur seluruh jagad ini, maka Anda akan lebih tenang menghadapi segala tekanan. Anda percaya kekuatan Tuhan bisa mengalir setiap saat untuk memberikan dukungan. Energi dari Tuhan itu bisa berupa teman-teman terdekat atau orang senasib atau bahkan kondisi eksternal yang ada di luar jangkauan Anda. Sebaliknya, orang yang merasa memikul dunia di pundaknya akan sering panik dan keberatan karena ia memikulnya sendirian.
- Mencoba menemukan sisi indah dalam setiap situasi
Orang yang tenang secara tidak sadar selalu bisa menemukan sisi keindahan dan sisi humor dalam setiap situasi.
Ketika terjebak di tempat kerja saat harus mengejar tenggat waktu, ia akan berpikir, “Oh, saya bekerja berlebihan sekarang. Tapi, setidaknya saya bisa bersama orang-orang yang saya sukai di kantor.” Maka, Anda bisa melatih diri untuk menemukan sisi indah dalam banyak hal. Ini akan membuat Anda lebih tenang saat dalam tekanan.
- Memprioritaskan diri sendiri
Jika Anda tetap menghargai dan memprioritaskan diri sendiri, maka Anda akan lebih tenang menghadapi tekanan. Tentu, menghargai diri sendiri ini dengan cara positif, bukan dengan cara egois atau tidak bertanggung jawab. Saat mengutamakan diri sendiri, Anda akan lebih mampu mengendalikan otak dan tubuh sehingga tetap berfungsi dengan baik.
- Bisa melepas kendali
Kita tidak selalu bisa mengendalikan semua yang terjadi, tapi bisa mengontrol bagaimana diri kita bereaksi terhadap apa yang terjadi. Jika bisa ikhlas menerima keadaan, maka Anda jadi lebih tenang karena punya harapan bahwa tekanan akan sedikit demi sedikit teratasi. Jika terus mencoba mengendalikan semuanya, maka itu jelas tidak mungkin. Ketika sesuatu yang buruk terjadi, meski sesederhana terjebak kemacetan, Anda tidak perlu mengeluh atau bahkan teriak-teriak seperti baru saja kebobolan semua isi rekening tabungan bank.
- Apakah ini benar-benar penting?
Orang yang tenang tidak terlalu memusingkan hal-hal kecil. Namun, hampir semuanya menjadi hal-hal kecil jika benar-benar dianggap begitu. Misalnya, ketika seseorang mendapat panggilan darurat dari atasan, ia langsung stress karena menganggap pasti semua tidak beres. Jika Anda berfikir lebih panjang saat menghadapi situasi yang sama, Anda akan lebih tenang. Anda bisa menilai, “Tunggu sebentar, apakah ini benar-benar KEADAAN DARURAT? Mungkin mendesak, tetapi bukan situasi hidup dan mati. Mungkin berat, tapi pasti bisa diatasi. Mungkin harus segera, tapi siapa tahu itu berupa pengumuman yang baik.” Ketika mendapat keterangan jelas tentang kondisinya, Anda akan lebih tenang.
- Menghindari berfikir bencana
Law of attraction. Orang yang memikirkan bencana akan lebih besar kemungkinannya tertimpa bencana itu. Orang yang memikirkan cara positif menghadapi potensi bencana, kemungkinan bakal terhindar dari bencana itu. Jika dokter menginformasikan ada benjolan di lidah yang harus diperiksa, orang panik akan segera menduga itu kanker lidah. Namun, orang yang terbiasa tenang tidak akan memikirkan kemungkinan skenario terburuk. Ia lebih suka berfikir, “Yah, mungkin ini sakit biasa yang akan hilang dalam seminggu.” Khawatir itu tidak perlu. Ketakutan terus-menerus bukanlah cara hidup yang baik. Maka, Anda lebih baik menghemat energi untuk digunakan saat benar-benar ada masalah daripada menghabiskan energi untuk khawatir bakal ada masalah.
- Yakin semuanya sementara
Kita semua makhluk fana, dan segala sesuatu itu bersifat sementara. Ketika sadar bahwa waktu Anda di bumi terbatas, maka Anda tidak akan menghabiskannya untuk mengkhawatirkan hal-hal kecil. Masalah, tekanan, dan kemunduran, itu hal lebih kecil. Anda harus lebih fokus pada hal-hal baik yang bisa ditawarkan kehidupan. Karena tekanan juga bersifat sementara, Anda dapat menjadi lebih tangguh dan lebih sabar menghadapi situasi saat ini.
- Bisa menenangkan diri
Tidak semua orang yang terbiasa tenang itu berbakat tenang atau terlahir dengan kebiasaan tenang. Beberapa dari mereka mungkin masih gampang cemas ketika masih muda dulu. Tapi akhirnya mereka berhasil menemukan strategi untuk menenangkan diri saat dalam tekanan. Ada yang melakukannya dengan sholat malam, ada yang dengan mendengarkan musik, ada yang menyugesti diri lewat boneka, ada yang berolahraga satu jam, dan cara lain-lain. Jika Anda tahu cara-cara menenangkan diri, maka Anda akan punya kebiasaan tenang saat dalam tekanan.
- Memiliki alternatif
Jika hanya mengandalkan satu hal, kita akan menjadi tergantung pada satu hal yang sangat diandalkan itu. Misalnya, jika hanya memiliki satu sumber penghasilan, maka kita akan gampang panik ketika tidak dapat mengerjakan sesuatu sesuai target sehingga bisa menyabot karir kita. Jika hanya punya satu teman yang bisa diandalkan, kita akan panik ketika ia tiba-tiba menjauh. Namun, jika memiliki banyak sumber pendapatan, Anda tetap tenang meski Boss mengancam memecat Anda. Tentu, Anda harus tetap bekerja sebaik mungkin, tetapi ancaman Boss tidak akan menganggu ketegangan diri. Jika memiliki lima teman andalan, bukannya cuma satu, Anda akan merasa satai saja karena masih banyak teman yang bisa membantu meski ada satu teman yang menjauh.