Oleh: Esti D. Purwitasasi
mepnews.id – “Ada satu hal yang aku sesalkan meski aku sudah mendapatkan begitu banyak hal dalam hidup ini. Aku kehilangan lucunya anakku pada masa kecil dan eratnya hubungan dengan anakku pada masa dewasa. Dulu aku terlalu sibuk di pekerjaan, karir, tugas, dan target, sampai-sampai tidak menyadari anak-anakku sudah pada besar. Sekarang, anak-anak pergi dengan aktivitas mereka sendiri-sendiri. Aku merasa sendirian,” begitu curhat seorang pensiunan pejabat.
Pembaca yang budiman, memiliki hubungan yang sehat dan penuh kasih dengan anak adalah salah satu kebahagiaan terbesar dalam hidup. Tidak hanya seperti yang dirindukan pensiunan pejabat di atas, tapi juga kita semua.
Hubungan semacam itu tidak hanya membuat kita merasa nyaman sebagai orang tua, tetapi juga menanamkan rasa aman pada anak yang akan bermanfaat bagi mereka seumur hidup. Hubungan emosional anak dengan kitab isa memastikan bahwa anak merasa aman, didukung, dan dipahami.
Lalu, bagaimana cara untuk memperkuat ikatan emosional kita dengan anak? Berikut beberapa caranya:
- Selalu doakan
Doa orang tua bisa menjadi kunci kesuksesan anak. Ridho orang tua akan menjadi ridho Allah SWT untuk mengijabahnya. Doakan saat anak tidur, doakan saat anak bermain, doakan saat anak keluar rumah, doakan anak saat bersekolah, doakan anak saat bekerja, doakan anak saat apa saja. Doakan anak saat masih di kandungan, saat balita, saat sudah dewasa.
- Bermainlah dengannya
Anak kecil belajar keterampilan hidup melalui bermain. Anak mengembangkan rentang perhatian, keterampilan sosial, kreativitas, kemampuan memproses emosi, dan kemampuan intelektual melalui bermain. Ini salah satu jalan tercepat untuk belajar.
Maka, temani anak bermain dan bersenang-senanglah bersama. Saat bermain, dorong anak melatih keterampilan dan perilaku sosial yang baik. Saat bermain dengan anak, ia punya kesempatan melihat kita sebagai ‘kawan’ daripada sekadar ‘lawan’ yang terus-menerus meneriakkan perintah.
- Tunjukkan perhatian.
Sesibuk apapun, jadwalkan waktu atau acara yang bisa menyatukan keluarga untuk membicarakan bagaimana kondisi mereka. Salah satu contoh adalah makan bersama di rumah secara teratur. Sambil menunggu makan, kita bisa mengobrol dengan anak.
Anak yang makan teratur dengan orang tua dan keluarga bisa menunjukkan kesehatan dan kebiasaan yang baik; kemampuan mental, emosional, dan sosial lebih kuat; perilaku yang lebih baik; dan prestasi akademik yang lebih tinggi. Frekuensi makan bersama keluarga menghasilkan suasana hati positif pada remaja, serta pandangan lebih positif tentang masa depan.
Selain saat makan, kita bisa tunjukkan perhatian dengan obrolan kecil menjelang tidur. Ajak anak menceritakan secara detail lewat pertanyaan semacam; “Apa hal paling lucu yang terjadi hari ini?”
- Boleh berharap, namun yang realistis.
Penelitian menemukan, memberi harapan akademis tinggi terhadap anak dapat menghasilkan nilai lebih baik di sekolah dan dapat membantu anak bertahan lebih lama menghadapi tugas berat. Harapan yang tinggi orang tua juga terkait dengan ketahanan sosial anak.
Namun, berharaplah yang realistis saja. Menetapkan standar terlalu tinggi dapat menjadi bumerang, karena anak bisa cepat menyerah saat kewalahan namun tak juga mencapai sasaran. Tantang anak melakukan dengan baik tetapi jangan dorong anak berlebihan hingga melampaui batas.
Beberapa cara ini tidak hanya meningkatkan komunikasi secara verbal tapi juga hati-ke-hati yang membuat ikatan antara anak dan orang tua semakin kuat. Meski sangat sibuk, selalu luangkan waktu untuk hadir di sisi anak pada waktu-waktu optimal.