Pendidikan Indonesia Dibawa ke Mana?

Oleh: Nopiar Rahman

mepnews.id – Ada banyak hal yang mesti kita hadapi untuk persiapan Generasi Emas 2045. Namun, setidaknya ada dua poin besar yang menjadi masalah utama pendidikan di Indonesia. Pertama, akses pendidikan yang belum merata karena masih banyak siswa putus sekolah atau tidak mendapatkan pendidikan yang harusnya mereka dapatkan. Kedua, masalah kualitas pendidikan. Para siswa yang sudah sekolah pun belum tentu mendapatkan kualitas pembelajaran sebagaimana seharusnya.

Salah satu kasusnya, pendidikan di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Pendidikan di kabupaten yang masuk kawasan 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal) ini justru kurang mendapat perhatian, terutama masalah ketersediaan fasilitas internet dan listrik. Jangan tanya dulu soal fasilitas jalan, karena sudah pasti kondisinya licin dan becek bila hujan, bahkan bisa terjadi banjir dadakan.  Lebih parah lagi, ada siswa di perbatasan yang tidak mengenal bangsa dan negaranya sendiri.

Negara ini perlu tenaga pendidik yang ikhlas dan mau melihat keadaan miris pendidikan di Indonesia ini, khususnya di daerah pelosok. Bukan hanya pemerintah, masyarakat juga wajib meningkatkan perhatian terhadap pendidikan dan kesejahteraan para siswa yang tinggal di pelosok. Pemerintah juga perlu memperhatikan kesejahteraan pendidik  khususnya yang berjuang di kawasan terpencil.

Perkembangan luar biasa di era globalisasi menuntut perubahan sistem pendidikan kita yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus dilakukan bangsa ini agar tidak semakin tertinggal negara-negara lain adalah meningkatkan kualitas pendidikan terlebih dahulu. Hal ini agar sumber daya manusia (SDM) akan lebih baik mutunya dan akan dapat membawa bangsa ini bersaing dalam segala bidang di dunia internasional.

Memasuki abad ke-21, dunia pendidikan kita heboh. Bukan disebabkan kehebatan mutu, tetapi karena sadar akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Saat arus globalisasi dirasa kuat dan terbuka, kemajaun IPTEK dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran bahwa negara kita tidak lagi berdiri sendiri. Bangsa kita berada di tengah-tengah dunia yang baru; dunia terbuka, sehingga orang dari belahan dunia mana pun bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Yang kita rasakan adalah ketertinggalan dalam mutu pendidikan yang formal maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain.

Pendidikan memang menjadi tumpuan dalam meningkatkan SDM bangsa ini untuk pembangunan. Kita seharusnya bisa meningkatkan SDM agar tidak kalah bersaing dengan SDM negara lain. Salah satunya dengan mendapatkan tenaga pendidik yang mumpuni untuk membina SDM.

Upaya mendapatkan tenaga pendidik berkualitas sudah dilakukan pemerintah melalui berbagai program. Salah satunya program Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (SM3T). Program ini dalam usaha pemerataan pendidikan di seluruh Nusantara dengan pengajar berkualitas. Harapannya, mencerdaskan para siswa di pelosok supaya mendapatkan pendidikan yang setara daerah lain.

Di setiap daerah, kualitas pendidikannya pasti berbeda antara lain tergantung pada fasilitas yang ada. Maka, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan pemetaan kondisi pendidikan di setiap provinsi dan kabupaten serta kecamatan dengan aspek yang sama. Hal ini perlu untuk mengetahui kondisi pendidikan agar standar pelayanan dan standar nasional pendidikan tercapai. Pemetaan ini agar bisa menentukan standar nilai minimum kepada para siswa yang setiap daerah. Jika berhasil, mutu pendidikan secara nasional dapat dicapai dengan kualitas yang telah disesuaikan antar daerah.

Pedoman pendidikan yang jelas dan mudah dipahami adalah hal yang sangat diimpikan tanaga pendidik dalam proses KBM. Pemerintah perlu mengevaluasi kembali pergantian kurikulum yang dirasa terlalu singkat. Penyempurnaan kurikulum dilakukan terlebih dahulu secara matang agar sesuai kebutuhan dan tujuan pendidikan secara menyeluruh di tanah air. Pemerintah dapat memasukkan penilaian terhadap kurikulum dari hasil pemetaan yang sudah didapatkan. Sementara, kenyataan di lapangan sampai saat ini adalah setiap sekolah bisa menggunakan kurikulum berbeda yaitu KTSP 2006 dan 2013. Dampak dari perbedaan ini dapat menimbulkan kecemburuan dan hasil yang berbeda.

Pendidikan merupakan proses untuk membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual dan mampu berpikir saintifik dan filosofis, tetapi juga dapat mengembangkan spiritualnya. Namun, pendidikan tanpa guru seperti  ruangan tanpa cahaya. Itu karena guru memiliki peran sangat penting dan strategis bagi dunia pendidikan. Semua komponen pendidikan; kurikulum, sarana prasarana, metode pembelajaran, siswa, orang tua, dan lingkungan, yang paling menentukan adalah pendidik.

Pendidik memiliki kedudukan sangat mulia. Dari mereka, ada tantangan pendidikan berkualitas. Tantangan ini mengharuskan guru lebih kreatif, inovatif, dan inspiratif dalam mendesain kegiatan pembelajaran bermutu untuk menyambut Generasi Emas 2045. Guru menjadi kunci utama keberhasilan pembentukan SDM yang tidak hanya produktif tetapi  unggul dan religius. Sehubungan dengan itu, pemerintah perlu saling bersinergi mencerdaskan generasi bangsa.

Peran pendidikan dalam mempersiapkan Generasi Emas sangat penting. Target yang disiapkan pemerintah adalah munculnya Generasi Emas dalam dua puluh tahun ke depan, yakni meluaskan kesempatan akses pendidikan lebih tinggi. Seiring dengan upaya meningkatkan pendidikan berkualitas, perlu juga upaya meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru. Peningkatan ini untuk menorong perubahan pola pikir bahwa pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai transfer akademik melainkan juga mengembangkan karakter. Keselarasan akademik serta karakter ini yang perlu disiapkan dari sekarang.

Pemerintah menuntut pendidik bisa kreatif, inovatif dan inspiratif dalam kegiatan pembelajaran bermutu untuk menyongsong Generasi Emas. Sudah sepantasnya jika pemerintah meletakkan kebijkan penuh terhadap pendidik untuk menyusun kurikulum serta mengevaluasi. Diperlukan juga usaha meningkatkan anggaran pendidikan, manajemen pendidikan, perbaikan kurikulum, pendidikan agama (karakter), dan pemberdayaan pendidik.

Pada akhir tulisan ini, ada beberapa poin untuk refleksi keadaan saat ini terkaitan menciptakan generasi emas. Pertama, beranikan diri dan berjuanglah melakukan sesuatu yang selama ini dianggap orang lain tidak bisa dilakukan. Kedua, bersabar dan terus berusaha meskipun keadaan sulit. Ketiga, bersyukurlah atas apa yang telah diberikan Tuhan pada kita sehingga bisa bermanfaat untuk sesama, untuk agama dan untuk Republik Indonesia.

  • Penulis adalah pustakawan di SMP Tunas Agro, Kabupaten Seruyan,Kalimantan Tengah, dan aktivis gerakan literasi. Fb Nopiar Rahman, IG librarian_nopiar, email nopiar.banjar76@gmail.com

Facebook Comments

Comments are closed.