MEPNews.id – Lama bengong di rumah saja pada masa pandemi COVID-19 ini tentu membosankan. Sebenarnya, banyak kegiatan bisa dilakukan demi mengusir rasa bengong. Termasuk menjalani hobi bertanam hidroponik.
Dr rer Nat Ganden Supriyanto MSc, dosen Kimia Analitik Universitass Airlangga, beberapa waktu ini menyulap lahan di atap rumahnya berukuran 3×3 meter menjadi kebun melon hidroponik dengan teknik dutch bucket.
“Bisa dikatakan ini kreativitas yang muncul karena terpaksa. Bengong karena pandemi COVID-19, saya cukup punya waktu untuk melakukan hal-hal positif seperti ini,” ungkap lulusan S3 Chemie und Pharmazie FU Berlin itu.
Menurut Ganden, teknik bertanam ducth bucket cukup mudah. Sarananya sederhana. Wadah bekas es krim volume delapan liter sebagai bucket; net pot dan hidroton sebagai media tanam; ajustable drip untuk mengatur aliran nutrisi; serta wadah lebih besar sebagai container nutrisi. Selain itu, diperlukan konstruksi untuk menopang batang melon.
Wadah bekas es krim dilubangi pada bagian tutupnya dengan diameter 10 cm. Tujuannya untuk meletakkan net pot berdiameter 12 cm. Kemudian net pot diberi hidroton dan dialiri cairan nutrisi dari container menggunakan pompa celup. Cairan nutrisi dapat diberikan melalui media paralon 1/2 inchi yang dihubungkan ke pipa HDPE 7mm yang telah dipasang ajustable drip.
“Saya pakai hidroton karena materialnya ringan berpori dan dibuat dari tanah lempung yang dibakar, sehingga mampu menyerap air maupun nutrisi setiap saat selama 24 jam,” kata penggemar hidroponik itu.
Pada sistem dutch bucket, sisa nutrisi akan tertampung di bagian bawah bucket. Sehingga dapat menyuplai nutrisi akar melon yang memanjang. “Bagian samping bucket juga dilubangi untuk mengalirkan sisa nutrisi ke dalam container,” tambahnya.
Ganden mengaku, banyak kelebihan bertanam secara hidroponik. Selain tidak memerlukan lahan luas, biaya pembangunan konstruksi terbilang cukup murah. “Biaya bahan konstruksi hidroponik untuk 30 batang melon kira kira Rp1,2 juta. Itu terbuat dari baja ringan tahan karat,” ujarnya.
Menurut dia, jika ditekuni, bertanam secara hidroponik dapat menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. “Dalam waktu 2 tanam siklus saja, modal sudah kembali. Tapi, saya tidak mengejar hasil materialnya. Saya mengejar hasil kebahagiaannya. Meningkatkan antibodi kan salah satunya harus selalu bahagia,” kata ia sembari tertawa. (*)