Motivasi dan Tujuan Menulis

Mengapa kita menulis?

Apa alasan paling mendasar kita perlu menulis?

MEPNews.id – Menjawab dua pertanyaan tersebut, mungkin tampak gampang tetapi sejatinya lumayan rumit. Akurasi jawaban atas dua pertanyaan di atas, tentu kembali pada diri pribadi yang bersangkutan. Sehingga kesan jawaban subjektif paling mungkin terjadi.

Sebagai contoh, ketika kita menulis sedangkan tujuannya semata demi materi. Niscaya kita kelak kecewa, terutama saat tulisan atau buku yang kita tulis ternyata tidak begitu disambut baik oleh para pembaca. Tulisan kita justru jadi alasan bully-an kepada kita. Kita telah bersusah payah menulis, kita telah berdarah-darah menghasilkan karya berupa buku, malah hasil kerja keras kita itu membuat kita rendah diri.

Padahal setelah kita berkarya buku, satu lompatan besar telah kita lalui, secara otomatis rasa percaya diri kita juga akan terdongkrak naik, ini karena kita telah berhasil menulis bahkan merampungkan satu buku karya mandiri. Namun, jika kekecewaan justru kita alami. Maka di situ jelas ada tujuan yang keliru, mungkin kita menjadikan motivasi menulis sekadar untuk berburu materi itu tadi yang berujung popularitas.

Dengan demikian, kita mesti benahi cara berpikir yang keliru itu, kita mesti taruh tujuan materi bahkan popularitas sebagai efek positif atau bonus yang memang kita terima atas usaha tekun plus sabar yang kita lakukan melalui aktivitas menulis.

Sementara itu, tatkala menulis kita arahkan kepada wujud pengabdian kita sebagai manusia, kita jadikan menulis sebagai meminjam bahasa Pramoedya Ananta Toer yakni menulis sebagai kerja keabadian. Tentu ini suatu tujuan mulia. Tujuan yang tidak sekadar berhenti di dunia, tapi akan berimbas hingga ke alam keabadian.

Sehingga bukan rasa kecewa yang kelak kita terima andai sekali pun tulisan kita tidak ada yang baca, atau buku kita kurang diminati oleh para pembaca, tetapi rasa kepuasaan batin serta jiwa tetap dapat kita rasakan, dan rasa ini hanya kita sendiri yang bisa menikmatinya.

Adapun tujuan menulis yang paling tinggi kualitasnya, tentu kita menulis karena hati, kita menulis karena cinta, sehingga kita menulis adalah karena panggilan semesta sebagai wujud ekspresi diri kita selaku khalifah di muka bumi.

Dengan tujuan menulis yang terakhir ini, alhasil kita pasti mendapatkan nilai tambah secara multi dimensi. Rezeki berupa materi dari imbalan atas apa yang kita tulis, dengan sendirinya begitu mengalir lancar kita terima. Dan kelak gerojokan pahala yang siap kita panen saat di akhirat juga telah menanti kita.

Di situ nenulis kita tempatkan sebagai investasi tabungan akhirat. Kita menulis sebagai usaha mempertinggi kualitas kita sebagai manusia, sekaligus kita menulis adalah upaya kita guna menebar banyak manfaat kepada sesama.
Dengan menulis, ketika niat kita tata sejak awal, kita atur serta jaga demi hanya mencari kebaikan berupa rida Allah, maka kualitas menulis seperti ini juga akan menjadi ladang jariyah kita, satu amalan yang akan terus kita terima pahalanya meski kita telah berkalang tanah.

Dari sekian deskripsi motivasi menulis tersebut, satu yang penting untuk kita camkan yakni apa pun motivasi yang mendasari kita mau menulis, jadikan itu sebagai pendulum semangat untuk memompa sekaligus menjaga stamina kita saat menulis, supaya kita mampu terus konsisten menulis di segala situasi, di mana saja, serta kapan pun. Karena lawan terberat menulis itu ada pada diri kita sendiri. Bukan orang lain.

(Aditya Akbar Hakim)

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.