Perspektif Global tentang Pendidikan

Oleh: Teguh W. Utomo

Judul ini tidak bertinggi-tinggi, tapi tapi sudah masuk dalam kehidupan sehari-hari. Sadar atau tidak, kita sudah ada dalam pusaran globalisasi. Di perkotaan dengan teknologi tinggi, atau di pelosok pedesaan tradisional, kita tak bisa lepas dari gerakan kesejagadan ini.

Ada bukti, meningkatnya perdagangan dan persaingan global menyediakan banyak dorongan untuk reformasi pendidikan. Semakin banyak negara bersaing di pasar global. Negara-negara dengan otak terbaik dan pendidikan terbaik akan memimpin dunia secara ekonomi.

Ada penelitian yang membandingkan kinerja siswa di berbagai penjuru dunia. Hasilnya, skor siswa Amerika lebih rendah dibandingkan skor siswa dari negara industri lainnya. Anak-anak usia 13 tahun di Korea dan Taiwan mendapat nilai tertinggi dalam tes matematika dan sains. Sementara, siswa dari Amerika ada di bawah mereka. Ini menjelaskan betapa dominasi perekonomian Amerika mulai menurun, dan ditantang oleh negara-negara industri lain.

Ada teori, sikap orang tua dan sistem sekolah bisa menjelaskan perbedaan itu. Orang tua Asia menjaga harapan yang jauh lebih tinggi terhadap anak-anak sehingga mendorong mereka bekerja lebih keras. Orang tua di Amerika umumnya merasa puas dengan kinerja yang sudah ada dan seringkali memuji kesuksesan anak-anak mereka karena bakat.

Sistem sekolah juga berbeda. Setahun masa sekolah di Jepang dapat berjalan 45 hingga 60 hari lebih lama daripada di Amerika, dan bahkan dengan waktu istirahat jauh lebih pendek. Sebagian besar siswa di Jepang juga menghadiri juku atau les setelah sekolah. Mereka belajar beberapa jam lagi dengan tutor khusus untuk memperdalam pemahaman.

Lalu, bagaimana membawa nuansa dunia ke dalam kelas-kelas di sini?

Produk teknologi komunikasi dan informasi mendorong betapa cepat dan kuatnya dunia saling terhubung. Ini juga bisa membawa dunia ke dalam kelas-kelas sekolah. Maka, melibatkan siswa dengan perkembangan dunia bukan hal yang mustahil. Nah, para guru harus lebih bijak dalam memperkenalkan dunia agar murid-muridnya berwawasan global.

Ajarkan bersikap global. Ini termasuk tentang keterbukaan, rasa hormat, dan penghargaan terhadap keragaman; menghargai perspektif berbeda, termasuk kesadaran akan pengaruh budaya dan pengalaman yang membentuk perspektif seseorang dan perspektif orang lain; empati; dan tanggung jawab sosial, atau keinginan untuk memperbaiki kondisi manusia pada skala lokal dan global.

Kembangkan pengetahuan. Ini mengacu pada kemampuan untuk memahami isu-isu global dan peristiwa terkini; saling ketergantungan global, termasuk dampak peristiwa global pada kondisi lokal dan sebaliknya; proses globalisasi dan pengaruhnya terhadap ketidakadilan ekonomi dan sosial secara lokal dan global; sejarah dunia; budaya; dan geografi.

Latih keterampilan hidup. Ini termasuk kemampuan berkomunikasi lintas batas budaya dan bahasa, kemampuan untuk berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis dalam lebih dari satu bahasa; berkolaborasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya, ras, bahasa, dan sosial ekonomi yang beragam; berpikir kritis dan analitis; penyelesaian masalah; dan mengambil tindakan terhadap masalah-masalah yang penting secara global.

Dalam pembelajaran sehari-hari, guru bisa mengintegrasikan topik dan perspektif global ke dalam materi lokal. Contoh, guru membuat soal matematika dengan menggunakan data kependudukan negara-negara berkembang, menjelaskan soal gizi dengan menggambarkan kondisi kelaparan di kawasan tertentu di Afrika.

Bisa juga guru memberi peluang siswa terlibat dengan masalah global. Misalnya, memberikan audiensi dunia nyata pada siswa tentang isu-isu global dengan memanfaatkan Skype, mengerjakan proyek layanan terkait masalah global (akses ke air bersih, penghijauan, dll).

Yang lebih nyata, menghubungkan pengalaman global ke kelas lewat pertukaran pelajar atau guru internasional. Jika ada guru asing praktik di sekolah lokal, manfaatkan. Jika ada siswa ke luar negeri, beri kesempatan untuk di depan kelas bercerita pada teman-temannya. Guru juga boleh memaparkan pengalamannya sendiri terkait globalisasi. (*)

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.