mepnews.id – Di tengah gempuran pilihan kuliner modern yang mudah diakses lewat genggaman tangan, mempertahankan usaha makanan tradisional menjadi tantangan tersendiri. Lontong Bu Anik di Selogiri, Wonogiri, terbukti mampu bertahan hingga 24 tahun. Bukan hanya bersandar pada resep turun-temurun, komitmen terhadap standar rasa dan pelayanan menjadi pilar utama yang memungkinkan usaha ini beradaptasi tanpa kehilangan jati diri di tengah hiruk pikuk era digital.
Usaha ini dirintis tahun 2001 oleh Anik bersama orang tuanya. Awalnya hanya memproduksi lontong dari dua kilogram beras per hari. Kini, produksinya meningkat signifikan menjadi kurang lebih tujuh kilogram setiap harinya.
“Alhamdulillah, peminatnya masih banyak. Kami menyetorkan lontong ke pedagang soto dan bakso,” ujar Anik menjelaskan rahasia di balik keberlanjutan usahanya.
Komitmen kuat menjadi kunci utama keawetan Lontong Bu Anik. Menghadapi dinamika pasar seperti fluktuasi penjualan dan kenaikan harga bahan baku yang tak terduga, ia tetap teguh. “Saat kemarau, mencari daun pisang itu susah. Kami sampai mencari daun ke sekitar Leganan, Karanganyar,” tambahnya.
Dalam menjalankan usahanya, ia selalu memegang teguh komitmen dalam menjaga kualitas produk. Penggunaan daun pisang sebagai pembungkus merupakan salah satu ciri khas yang dipertahankan.
“Meski banyak alternatif pembungkus modern plastik, kami tetap memilih daun karena sudah terbiasa. Peminat juga lebih memilih lontong dengan bungkus daun,” kata Anik.
Selain untuk mempertahankan kekhasan, lontong yang dibungkus daun pisang memiliki keunggulan rasa dan aroma. Daun pisang yang dipilih pun selalu berkualitas baik agar lontong terlihat cantik dan menggoda. Ditambah lagi, ia menggunakan dapur tradisional yang semakin menguatkan cita rasa otentik lontongnya.
Selain komitmen pada kualitas produk, Lontong Bu Anik juga menjaga hubungan baik dengan konsumen. Pelayanan yang ramah dan kesediaan untuk mendengarkan masukan dari pelanggan menjadi prioritas. Komitmen kuat ini terlihat dari konsistensi Anik dan suami menjalankan usaha.
Sebelum memantapkan diri melanjutkan usaha lontong, Anik bersama suami pernah mencoba beberapa jenis usaha lain.
“Kami pernah mencoba membuka usaha angkringan, ikan bandeng, jualan di SD, tapi semua tidak ada yang klik. Akhirnya kami memilih fokus pada usaha lontong ini,” tambah Bambang, sang suami.
Lontong Bu Anik sejak dulu menggunakan metode pesan antar. Meski perilaku konsumen kian beralih ke ranah digital termasuk layanan pesan antar, Lontong Bu Anik tidak terlalu terpengaruh.
Dengan menjaga kualitas dan ukuran produk secara konsisten serta adaptif terhadap perubahan zaman, Lontong Bu Anik berhasil membuktikan bahwa komitmen adalah resep rahasia untuk keawetan bisnis di tengah gempuran era digital.
POST A COMMENT.