PFS-10 USK Tanam Mangrove Langka

mepnews.id – Mahasiswa yang tergabung dalam Sobat Bumi Indonesia regional Aceh dan penerima Beasiswa Sobat Bumi Pertamina Foundation angkatan ke-10 (PFS-10), melakukan penanaman mangrove di Mangrove Park Lampulo, Banda Aceh, pada 24 Agustus 2024.

Kegiatan bertema ‘Tumbuh: Tanam Mangrove untuk Bumi yang Hijau’ ini  ini mendapat dukungan Universitas Syiah Kuala (USK). Dikabarkan situs resmi usk.ac.id, kegiatan ini menanam 300 bibit mangrove jenis Bruguiera cylindrica yang dikenal langka.

Fikri, pengurus Pemuda Peduli Mangrove Kutaraja (Pemangku), yang memberikan materi dalam acara ini, menjelaskan pentingnya Bruguiera cylindrica dalam ekosistem pesisir. Mangrove ini tumbuh lambat namun akarnya yang kuat mampu mencegah erosi dan abrasi di pesisir pantai.

“Bibit yang kita tanam hari ini berusia lebih dari satu tahun, tetapi masih tergolong pendek. Namun, nanti saat dewasa, tingginya bisa mencapai 30 meter,” papar Fikri.

Dr Muhammad Ilham Maulana ST MT, direktur Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni USK, ikut hadir sebagai bentuk dukungan kampus terhadap inisiatif mahasiswa dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Ia menjelaskan, kegiatan ini selaras dengan visi USK untuk mendorong mahasiswa menjadi agen perubahan yang peduli terhadap lingkungan. “Kami mengapresiasi upaya PFS-10 dan Sobat Bumi Indonesia Regional Aceh. Kegiatan seperti ini tidak hanya membentuk karakter peduli lingkungan di kalangan mahasiswa, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam upaya mitigasi perubahan iklim.”

Selain penanaman mangrove, acara ini juga diisi sesi sosialisasi FASTANA-TDMRC (Tsunami Disaster Mitigation Research Center), yang menjelaskan manfaat ekologis dan sosial dari mangrove.

Menurut FASTANA-TDMRC, mangrove memiliki peran penting dalam mitigasi bencana alam seperti tsunami. Akar-akarnya yang kuat dapat meredam gelombang dan mengurangi dampak destruktif terhadap pemukiman di sekitarnya.

Rajul Mahiza, peserta perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP USK, mengaku awalnya tidak terlalu antusias. “Saya awalnya nggak begitu tertarik. Namun, setelah berada di sini dan merasakan suasananya, saya menjadi lebih antusias. Saya akhirnya menanam hingga delapan bibit, dan merasakan kepuasan saat melihat bibit-bibit tersebut berdiri di tanah yang sebelumnya kosong.”

Melalui aksi ini, PFS-10 berharap dapat memberikan dampak jangka panjang signifikan bagi kelestarian ekosistem pesisir Aceh. Mereka juga berharap kerjasama antara berbagai organisasi mahasiswa, lembaga penelitian, dan universitas ini dapat berlanjut dan menghasilkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat luas.

Facebook Comments

Comments are closed.