Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – “Mbak, belakangan ini saya merasa sangat tidak puas dengan penampilan saya. Rasanya semakin tidak percaya diri setiap kali saya melihat diri di cermin,” begitu curhatan seorang yunior.
“Memang, kenapa?” saya menyelidik.
“Saya itu sering buka TikTok. Saya lihat banyak wanita cantik dengan tubuh sempurna. Mereka begitu bahagia, begitu percaya diri. Saya merasa…eh, saya tidak bisa seperti mereka.”
“Oalah, ya jangan membanding-bandingkan diri dong.”
…………
Pembaca yang budiman, belakangan ini saya makin sering ngobrol dengan orang yang mendadak jadi kurang pede hanya karena keseringan lihat penampilan orang lain di TikTok. Apa yang saya temui ternyata juga dikuatkan oleh penelitian ilmiah di Australia.
Wanita yang menghabiskan banyak waktu di TikTok berisiko lebih besar untuk tidak menyukai tubuh mereka sendiri. Merasa lebih buruk tentang penampilan diri mereka sendiri. Ini terjadi terutama jika mereka telah terpapar konten pro-anoreksia (pro-ana).
‘Pro-ana’ mengacu pada komunitas atau konten yang mendukung, mempromosikan, atau meromantisasi gangguan anoreksia nervosa. Anoreksia nervosa sebenarnya gangguan makan serius yang ditandai oleh ketakutan intens terhadap penambahan berat badan dan distorsi citra tubuh. Penderita anoreksia sering merasa gemuk meskipun sebenarnya sudah sangat kurus atau memiliki berat badan sehat. Nah, pro-ana ini justru menggambarkan anoreksia bukan sebagai gangguan serius dan berbahaya, tetapi sebagai pilihan gaya hidup yang dapat diterima atau bahkan diinginkan. Komunitas pro-ana sering berbagi tips tentang cara menurunkan berat badan secara ekstrem, memposting gambar yang memuliakan tubuh kurus dan mengkritik tubuh sehat.
Rachel Hogg, dosen senior Fakultas Psikologi di Universitas Charles Sturt, bersama timnya mensurvei 273 perempuan berusia 18 – 28 tahun dari Juli hingga Oktober 2021 tentang penggunaan TikTok. Sebagai bagian dari penelitian, para peserta diperlihatkan apa yang disebut sebagai gambar ‘pro-ana’. Hasilnya? Para perempuan yang disurvei memiliki reaksi tubuh negatif setelah menonton konten di TikTok walau hanya selama 10 menit. Temuan baru ini menguatkan beberapa penelitian sebelumnya tentang potensi risiko media sosial terkait perempuan muda dan citra tubuh.
Penelitian Hogg menuding algoritma halaman ‘For You’ di TikTok sebagai alasan platform tersebut berbeda dari yang lain dalam hal menampilkan konten berbahaya. Algoritme TikTok secara umum mengkurasi dirinya sendiri berdasarkan minat pengguna dan menunjukkan kepada mereka konten yang mirip dengan apa yang mereka lihat. Jika seseorang menyukai, mengomentari, menyimpan, atau membagikan video tertentu, algoritme tersebut kemungkinan menunjukkan kepada pengguna konten serupa.
Menurut penelitian Hogg, 64% wanita mengaku sebelumnya telah terpapar konten ‘gangguan makan’ di halaman For You mereka. Maka, dalam waktu singkat lihat TikTok, mereka segera meyakini tubuh mereka tidak bagus meski sebenarnya ok-oke saja.
Pembaca yang budiman, apakah Anda seperti para responden dalam penelitian itu?
Hmm, kalau bisa jangan sampai begitu.
Media sosial memang sering menampilkan versi ideal dari kehidupan menurut orang lain. Tapi, itu bukan cerminan dari realitas. Banyak dari konten TikTok yang mengandung muatan kepentingan tertentu yang mungkin tidak cocok untuk Anda. Mungkin gambarnya telah melalui filter, pengeditan, dan pencahayaan untuk menciptakan penampilan tertentu. Paparan yang terus-menerus terhadap konten semacam itu bisa mengubah mindset orang yang rentan.
Penting untuk diingat, penampilan fisik bukan satu-satunya hal yang menentukan nilai diri Anda. Apa yang Anda lihat di TikTok hanyalah satu bagian kecil dari kehidupan orang lain, dan itu tidak mencerminkan Anda yang sebenarnya.
Lalu, bagaimana cara untuk berhenti membandingkan diri dengan apa yang ditampilkan di TikTok? Ya, langsung saja berhenti membandingkan diri sendiri. Ganti dengan pemikiran yang lebih positif tentang diri Anda. Lalu, membatasi waktu Anda di media sosial dan fokuslah pada hal-hal yang membuat Anda merasa baik tentang diri sendiri.


