Hoax di Tengah Berlimpahnya Informasi

Oleh: Budi Winarto

mepnews.id – Pada zaman serba canggih, setiap perubahan tentu membawa dampak positif sekaligus negatif.

Dulu, manusia cenderung tidak mampu mengungkapkan apa yang dipikirkan ke dalam tulisan. Tetapi, sejak penemuan listrik kemudian piranti komunikasi yang terus berkembang, cara berkomunikasi pun menyesuaikan zaman.

Orang zaman sekarang jadi begitu mudah menyebarkan ide-ide dalam pikirannya maupun informasi dari pihak lain. Nah, dari perkembangan ini, hoax juga ikutan semakin mudah disebarkan.

Mengapa hoax banyak tersebar?

Hoax adalah informasi atau pesan atau kabar berita, tapi sifatnya palsu atau bohong dan menyesatkan. Ciri-ciri hoax antara lain; informasinya cenderung menciptakan kebencian, kecemasan, permusuhan dan ketidak kepercayaan, sumber informasinya tidak jelas, informasinya tidak lengkap. Kebanyakan isi dan kalimat hoax cukup menarik dan memikat perhatian. Masalahnya, hoax umumnya dibuat dengan mengusung prasangka dan kebencian yang mengandung SARA.

Hoax cepat tersebar karena kemudahan teknologi komunikasi canggih. Perkembangan teknologi digitalisasi menjadikan hoax semakin mudah menjadi konsumsi publik. Manusia masa kini hidup bersama teknologi yang terus berkembang dan membersamai. Generasi kini mayoritas aktifitasnya menggunakan teknologi. Sejak bangun tidur sampai tidur lagi, tidak bisa jauh dari pusat informasi yang namanya gadget. Sementara, sebagian dari yang disampaikan lewat teknologi itu adalah hoax.

Informasi sebagai pijakan komunikasi semakin melesat pesat. Zaman dahulu, ketika teknologi baru berkembang, informasi hanya bisa tersebar dengan sistem serentak atau tunggal. Artinya, mendapatkan informasi itu hanya melalui televisi atau radio yang jumlahnya terbatas.

Sekarang berbeda. Di era sekarang, manusia memiliki kelimpahan akses informasi karena perkembangan teknologi dan digitalisasi yang luar biasa. Hal ini juga ditunjang kepentingan alat komunikasi, yang awalnya dibuat hanya sebagai alat memudahkan pekerjaan manusia tapi sekarang berubah menjadi bisnis dan cara pengendali paling efektif melalui sistemnya.

Oleh karenanya, hari ini pintar saja tidak cukup karena semua orang mudah mendapatkan informasi. Hari ini, memiliki informasi saja bukan ukuran seseorang menjadi hebat. Tetapi, orang hebat zaman ini adalah yang memiliki kualitas untuk menentukan dan menverifiasi informasi apakah benar atau salah.

Zaman sekarang, orang pintar akan bisa bertambah kepintarannya dan orang yang tersesat pikirannya akan semakin tersesat akibat informasi yang didapat. Orang yang jelas tersesat tidak akan merasa tersesat karena semua akan didekatkan oleh sistem yang mempengaruhinya. Algorithm, artificial intelligent, dan sejenisnya memudahkan munculnya stubborn effect (bisa melahirkan orang-orang berkepala batu).

Hoax sebagai political game

Hoax sekarang juga menjadi bagian dari political game. Artinya, ukuran politik zaman sekarang bukan lagi akhlak, moral atau kualitas yang dimiliki seseorang. Informasi (termasuk hoax) yang berkembang bisa berpengaruh pada citra seseorang. Informasi yang menyesatkan bisa menyulap orang baik menjadi buruk, atau sebaliknya, orang jahat kelihatan baik.

Informasi yang berkembang membawa peran penting dalam menciptakan suasana dan mengendalikan serta menggiring persepsi seseorang untuk menilai. Informasi yang baik dan benar akan diketahui dari sumbernya yang jelas karena ada rekam jejaknya. Manusia bisa merancang sitem informasi, dan dengan algoritmanya maka informasi akan semakin mendekatkan dirinya dengan apa yang biasa mereka akses. Hal ini dikarenakan algoritma yang bekerja dan menata.

Hoax bersama buzzer (penyebar) pada sisi ini mengambil peran untuk bisa menyajikan dan mempengaruhi pembaca. Berita hoax bisa menjadi political game karena peranannya dipercaya jadi alat suksesi politik yang efektif. Ini bukan hanya fenomena di Indonesia, namun sebagaian besar negara lain juga menerapkan hal yang sama.

Memengaruhi orang lain melalui media informasi dan menjadikan hoax sebagai senjata itu lebih murah dan risikonya lebih kecil dibanding dengan money politics. Hoax dan hate speech jadi senjata perang politik di medsos untuk menghancurkan lawan politik.

Kenapa hoax dipercaya?

Hoax semakin marak karena kecenderungan orang yang sukanya instan tanpa memilih dan memilah saat membaca dan mendengar berita. Ini membuat orang terlalu cepat mencerna berita sehingga akhirnya keliru membuat makna.

Hoax dirancang untuk menciptakan suasana ‘emosional’ yang menyentuh insting bawah sadar (crock brain). Dampaknya, orang jadi sering tidak rasional, tidak berpikir panjang, sehingga bisa merugikan diri sendiri, bahkan destruktif.

Banyak informasi hoax dan propaganda membuat orang tak sadar sudah ada di ruang gema (Echo Chamber Effect). Informasi yang sampai pada orang itu akan seperti gema suara di dalam ruang tertutup. Gema yang merasuk berulang-ulang ke dalam pikiran bisa memperkuat pandangan seseorang makin mengental, makin ekstrem dan makin stubborn. Akibatnya, hoax dan media abal-abal pun dianggap sebagai kebenaran karena sesuai dengan suara-suara yang bergema.

Berikutnya, hoax bisa terjadi pada diri manusia karena manusia cenderung sebagai homo digitalis. Manusia hanya mau mendengar dari sumber yang sudah sepikiran sehingga memperteguh sikap mereka. Hal ini terkadang membuat orang menginginkan informasi confirmatory bias. Orang lebih mudah percaya informasi yang sejalan dengan pemikiran atau sikapnya.

Hal lain yang menyebabkan hoax bisa diterima adalah social pressure. Orang cenderung mengikuti teman sekelompok yang memiliki nilai, sikap dan kepercayaan yang sama. tanpa mau mengevaluasi kredibilitas berita. Informasi dari manapun dipercaya jika sesuai keyakinan orang-orang sekitarnya. Padahal, ada cognitive bias. Orang malas berpikir untuk informasi ‘kurang penting’. malas berpikir kritis pada informasi yang membangkitkan emosi. Orang juga terjebak illusory truth effect sehingga mudah percaya terhadap informasi berulang, atau sama, yang datang dari berbagai sumber.

Bagaimana kita bersikap?

Kita tidak bisa menghindar dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dunia kita sudah di zaman modern. Yang  bisa kita lakukan untuk menangkal hoax adalah cara pandang kita menyikapi berita atau informasi.

Bagi yang suka menyebarkan berita hoax, ancamannya jelas; neraka. Jadi, hati-hati. Penyebar hoax sama saja menebarkan berita bohong. Semakin hoax itu diterima dan diyakini masyarakat luas, maka seiring itu pula dosa-dosa akan terus mengalir kepada penyebarnya.

Bagi yang menerima berita atau informasi, setidaknya janganlah langsung percaya. Cek dulu kebenarannya dengan melihat sumbernya, memeriksa materinya, dan membandingkan dengan berita lain.

Ada dua cara agar kita terhindar dari hoax. Pertama, dengan memiliki kemampuan literasi yang baik. Orang yang memiliki literasi tidak akan cepat percaya dengan apa yang diterimanya. Hal ini karena otak dan alam bawah sadarnya sudah memiliki sistem untuk mengkaji, mendalami dan kalau perlu tabayun atas apa pun untuk mencari sumber kebenaran.

Kedua, kita harus memiliki kestabilan emosional. Apa pun yang terjadi di sekitar, kita tentu tidak akan terburu dalam menyikapinya. Tak mudah dipanas-panasi atau dibakar hoax.

Dua hal ini, memiliki literasi yang baik dan memiliki kestabilan emosional, insya Allah akan melindungi dan meyelamatkan kita dari informasi atau berita hoax.

Wallahu A’lam Bish Shawabi.

Facebook Comments

Comments are closed.