Hubris Syndrome; Bahaya dan Gejalanya

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – Dalam kitab suci, ada peringatan; “Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.” (QS Luqman: 18). Rasululloh juga menegaskan, “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR Muslim).

Icarus, dalam mitologi Yunani, juga terlalu percaya diri dan takabur sehingga terbang sangat tinggi tanpa mempedulikan pesan Daedalus ayahnya bahwa lilin perekat sayap bakal leleh terkena sianr matahari. Tentu saja, akhir tragis bagi Icarus karena mati terjatuh dari ketinggian.

Ursula, dalam animasi Disney berjudul ‘The Little Mermaid‘ (1989), adalah penyihir yang angkuh dan berusaha mengambil alih kerajaan bawah laut. Meski sangat kuat, nasibnya berakhir tragis di tangan Ariel sang putri duyung imut.

Scott Pruitt, politisi Amerika Serikat, juga menyebut, “It is hubris that has gotten us into trouble in Washington. It is humility, principled leadership, and unwavering faith in the power of the states, the people, and our Constitution that will get us out.

Pembaca yang budiman, saya paparkan sejumlah kisah dan quotes di atas untuk mengingatkan terutama pada diri saya sendiri agar jangan sampai hanyut oleh sifat sombong, angkuh, takabur dan sejenisnya.

Masalahnya, dalam kenyataan hidup sehari-hari, sifat yang tidak baik itu banyak sekali ditampilkan di depan publik secara langsung maupun lewat media. Lebih-lebih, pada era menjelang pemilu 2014. Rasanya saya sampai eneg melihat keangkuhan yang dipertontonkan.

Dalam psikologi, ada istilah ‘hubris syndrome‘ yang merujuk pada kondisi seseorang dalam posisi di atas sedang mengalami peningkatan kepercayaan diri berlebihan hingga mencapai tingkat yang tidak sehat. Lalu muncul perilaku arogan, kurangnya empati terhadap orang lain, dan kehilangan realitas. Jean-Paul Selten, dari Universitas Maastricht, menyebut ini sebagai kepribadian toksik

Orang boleh bangga bisa melakukan ini atau itu, bisa meraih prestasi, bisa mengalahkan lawan berat, dan sejenisnya. Bangga yang wajar itu sehat, karena bisa menmbah rasa kepercayaan diri. Tapi, jangan sampai bangga berlebih sehingga menjadi angkuh atau sombong lalu meremehkan orang lain.

Tanda-tanda hubris syndrome

  • Orang yang mengalami hubris syndrome cenderung memiliki kepercayaan diri yang berlebihan dan merasa dirinya tak terkalahkan atau di atas hukum.
  • Orang yang mengalami hubris syndrome sulit menerima kritik dan justru merasa dirinya dan pandangannya adalah satu-satunya yang benar.
  • Sulit mengakui atau menerima kesalahan atau kegagalan diri sendiri, sehingga cenderung menyalahkan orang lain atau faktor eksternal.
  • Kurangnya empati, ketidakpedulian terhadap pandangan atau perasaan orang lain, adalah ciri lain dari hubris syndrome. Ia bahkan tidak mau memperhatikan atau tidak memahami dampak keputusan atau tindakan mereka bagi orang lain.
  • Orang yang mengalami hubris syndrome cenderung memiliki pandangan berlebihan tentang keberhasilan diri sehingga meremehkan risiko dan merasa bahwa keberhasilan pasti terjadi.
  • Akibatnya, ia bisa kehilangan realitas, kehilangan kontak dengan kenyataan, dan meremehkan batasan atau konsekuensi dari tindakannya.
  • Kepercayaan diri yang berlebihan dapat mengarah pada pengambilan risiko yang tidak bijaksana, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya dengan cermat.

Keangkuhan bukan sekedar dongeng dari mitologi Yunani kuno, atau dari karya sastra termasuk karakter Disney. Sifat toksis semacam itu bisa saja diam-diam merasuki mental kita dan perlahan mengubah kita jadi orang yang tidak disukai orang lain.

Lalu, bagaimana cara menghindari dan mengatasi hubris syndrome? Ini butuh perombakan besar dalam mindset dan memerlukan kesadaran diri yang tinggi untuk menerima pihak lain.

  • Mulailah dengan refleksi diri yang mendalam. Kaji kondisi diri, kenali perilaku diri, pemikiran tentang diri sendiri. Lalu tengok keluar, bahkan tidak besar sendirian. Kita besar karena bantuan pihak lain. Di luar sana, ada juga yang lebih besar daripada kita. Puncaknya, mantabkan keyakinan bahwa Tuhan Mahabesar, diri kita sangat kecil.
  • Saat berinteraksi dengan orang-orang lain, bersiaplah menerima kritik dengan terbuka. Dengarkan masukan dan pandangan orang lain untuk setidaknya membantu menekan kesombongan diri dan meningkatkan kesadaran diri.
  • Lalu, tingkatkan keterampilan komunikasi. Jaga cara berbicara, teliti kata-kata yang dipilih, dengarkan kata-kata orang lain, empati terhadap kondisi orang lain, hargai pandangan orang lain, dan sejenisnya. Ini dapat membantu mengurangi sifat arogan.
  • Jika tidak bisa sendirian mengatasi hubris syndrome, mungkin kita memerlukan bantuan profesional. Kita perlu mendapat konseling atau terapi untuk menjelajahi akar masalah lalu mengembangkan strategi untuk mengelola perilaku.

Facebook Comments

Comments are closed.