Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – Dulu, ada motivator yang menyatakan, “Sukses itu diawali dari tempat tidur.”
Caranya? Setelah bangun tidur, jangan pernah biarkan tempat tidur dan kamar tidur acak-acakan. Tata yang rapi, lalu lakukan aktivitas sehari-hari. Saat kamar tidur rapi, aktivitas sehari-hari juga bakal rapi. Dan, ini menentukan kesuksesan hidup.
Apa benar begitu? Anda mempercayainya? Atau, bahkan Anda sudah mempraktikan untuk membuktikannya?
Pembaca yang budiman, saya tidak bisa memastikan apa kata motivator itu. Yang saya yakini, sukses itu bagian dari takdir Tuhan saat kita dengan keras dan ikhlas mengupayakan terwujudnya. Meski demikian, ada sejumlah bukti ilmiah tentang kerapian yang kita perlu perhatikan.
Ada penelitian yang menegaskan sebagian besar kita tidak menyukai rumah yang berantakan. Rumah yang berantakan cenderung membuat penghuninya merasa lelah dan menunjukkan gejala depresi. Efek ini terkait hormon kortisol yang berperan pada cara kita merespons stres.
Penelitian lain mengungkap, kebertantakanan di rumah yang dikombinasikan dengan rasa tidak memiliki kendali atasnya juga dapat mendorong kita membuat keputusan yang buruk. Penelitian pola pikir ini menemukan, ketika kita merasa tidak memiliki kendali atas kekacauan di dapur maka kita cenderung makan lebih banyak kue yang berisiko tidak sehat.
Dari dua penelitian ini kita dapat melihat bagaimana lingkungan berantakan dapat berubah dari sekadar kondisi estetika non-preferensi menjadi masalah gaya hidup yang serius. Masalah gaya hidup ini bisa menghambat kesuksesan.
Sebaliknya, kondisi yang rapi dan tidak berantakan bisa membuat kita lebih nyaman, membantu mengatasi depresi, kejengkelan, atau kelelahan. Efek positif yang paling menonjol dari decluttering (merapikan apa yang sebelumnya berantakan) adalah perasaan ringan dan peningkatan produktivitas. Mungkin ini salah satu alasan bagus untuk kita bisa lebih sukses dalam hidup.
Pernahkan Anda mendengar, atau bahkan mengalaminya sendiri, bahwa kita bekerja lebih baik ketika kondisi fisik sekitar terlihat rapi? Semakin sedikit yang berantakan, kita bisa bekerja semakin baik? Tentu pernah!
Ada penelitian yang membuktikan otak manusia memproses informasi tentang lingkungan yang sangat berantakan. Maka, merapikan lingkungan sekitar bisa menjadi salah satu cara untuk memastikan bahwa bandwidth mental kita yang terbatas ini bisa digunakan sebaik mungkin. Tegasnya, kondisi rapi lebih memungkinkan otak kita bekerja optimal.
Saat melihat rumah atau kantor berantakan, otak segera mencoba mengidentifikasi informasi yang paling relevan untuk membantu mengatasi kekacauan itu. Ketika kembali ke tujuan asal, otak kita perlu menekan perhatian soal kekacauan dan mengalihkan fokus ke perhatian baru. Pergantian semacam ini bisa menghabiskan power otak.
Semakin banyak bidang pandang yang dipenuhi objek yang tidak ada hubungannya dengan tujuan, semakin keras otak harus bekerja untuk menjauhkan masing-masing objek dari rangkaian perhatian. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan otak dan menyebabkan kita merasa malas sehingga menjadi produktif.
Di sisi lain, jika lingkungan sudah rapi atau kondisinya dibuat minimalis, otak bisa terfokus pada lebih sedikit pada hal-hal untuk disaring. Ini memungkinkannya otak mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk tugas yang harus dihadapi. Tak repot memikir kondisi yang berantakan, bisa langsung fokus menuntaskan pekerjaan.
Maka, membersihkan dan merapikan rumah atau lingkungan bukan hanya proses fisik tetapi juga proses mental. Mengurangi kekacauan bisa meminimalkan gangguan. Jika gangguan bisa diminimalisir maka otak lebih bisa berkonsentrasi pada tugas-tugas yang lebih penting.
Tindakan mengatur ruang juga dapat memberi Anda rasa kontrol atas kondisi sekitar dan keteraturannya. Ini juga dapat meredakan stres dan meningkatkan rasa sejahtera.
Maka, upayakan selalu merapikan lingkungan sekitar kita agar otak lebih powerful menuntaskan tugas-tugas menuju kesuksesan Anda.