Ingat Kasus BPD Ariel Tatum? Ternyata Ini Penyebabnya

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – Selebriti Ariel Tatum pernah mengaku mengidap Borderline Personality Disorder (BPD) alias gangguan kepribadian ambang batas. Pengakuannya diungkapkan saat ia menjadi bintang tamu di acara televsi yang dipandu Deddy Corbuzier dan Ivan Gunawan pada awal 2021. Lantaran memiliki gangguan itu, Ariel Tatum mengaku sulit menjalin hubungan dengan orang lain termasuk hubungan romantis.

Pembaca yang budiman, tahukan Anda apa Borderline Personality Disorder itu?

Ini adalah gangguan mental yang ditandai oleh pola pikiran, perilaku, dan hubungan interpersonal yang tidak stabil. Individu dengan BPD cenderung mengalami kesulitan dalam mengatur emosi, memiliki gambaran diri yang buruk, dan mengalami kecenderungan intens dalam hubungan interpersonal.

Beberapa gejala umum BPD antara lain;

  • Ketakutan diabaian orang lain atau kekhawatiran berlebihan atas penolakan terhadap dirinya.
  • Suasana hati sering berubah tiba-tiba dan intens. Kemarahan, kecemasan, atau depresi bisa sering muncul silih berganti.
  • Peristiwa sehari-hari sederhana bisa memicu ketidakstabilan emosi.
  • Terjadi gangguan dalam citra diri. Merasa tidak berharga, merasa tidak stabil, atau merasa tidak jelas dalam tujuan dan identitas hidup.
  • Impulsivitas perilaku yang berpotensi berbahaya. Bisa dalam bentuk menghabiskan uang berlebihan, kecanduan obat-obatan atau alkohol, makan berlebihan, perilaku seksual tidak aman, atau tindakan merusak diri.
  • Ketidakstabilan hubungan interpersonal. Termasuk ketakutan akan penolakan, idealisasi terhadap orang lain tapi segera diikuti dengan devaluasi tajam, sering terjadi konflik interpersonal, hingga perasaan kesepian kronis.
  • Sulit mengendalikan amarah. Marah meledak-ledak karena merasa kehilangan kendali atas pikiran atau tindakan.

Ada sejumlah faktor yang ditengarai menjadi penyebab BPD ini. Bisa dari faktor sosial, fisik, hingga kondisi mental. Yang patut dicatat, ada studi terbaru wilayah otak yang berpotensi untuk diagnosis dan terapi bagi BPD.

Para peneliti dari The City College of New York, Columbia University, dan New York State Psychiatric Institute yang dipimpin psikolog Eric A. Fertuck menemukan, bagian prefrontal rostro-medial dalam otak menjadi lebih aktif ketika orang normal merasa ditolak oleh orang lain pada tingkat lebih tinggi. Namun, individu dengan BPD tidak menampilkan aktivitas korteks prefrontal rostro-medial saat ditolak.

Para peneliti mnjelaskan, otak bereaksi dengan aktivitas prefrontal rostro-medial terhadap penolakan seolah-olah ada sesuatu yang ‘salah’ di lingkungan. Aktivitas otak ini dapat mengaktifkan upaya orang normal untuk mencoba memulihkan dan mempertahankan ikatan sosial yang erat untuk bertahan hidup dan berkembang. Wilayah otak ini juga diaktifkan ketika manusia normal mencoba memahami perilaku orang lain berdasarkan kondisi mental dan emosional mereka.

“Mengapa orang dengan BPD lebih sensitif dan lebih tertekan oleh penolakan? Karena korteks prefrontal rostro-medial ini tidak aktif. Maka, memahami mengapa individu dengan BPD mengalami tekanan emosional terhadap penolakan akan bisa membantu kita mengembangkan terapi yang lebih bertarget,” kata Fertuck.

 

Facebook Comments

Comments are closed.