Oleh: Yazid Mar’i
mepnews.id – Pekan ke-6 Kajian Sor Keres (KSK), Selasa 5 Juli 2022, mendatangkan antara lain Syarif Usman selaku ketua Kelompok Petani Milenial dan Jimi Junaidi selaku ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) Bojonegoro.
Abdus Syafiq, selaku moderator diskusi, memantik peserta dengan memaparkan kondisi riil petani Bojonegoro. Pertanian di Bojonegoro menjadi penyumbang pendapatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar ke-2 setelah migas. Namun, 50% warga miskin di Bojonegoro berdasarkan data statistik mayoritas petani.
Anehnya, menurut Syafiq, pemerintah belum sepenuhnya berpihak pada petani. Bojonegoro, dengan APBD terbesar kedua se-Jawa Timur dan ke-6 secara nasional yang mencapai kisaran mendekati 6 triliun rupiah, hanya mengalokasikan 156 milyar rupiah pada sektor pertanian. BUMD yang menyerap anggaran 12 milyar rupiah belum maksimal kerjanya.
Syarif Usman melontarkan gagasan tentang peningkatan penghasilan petani dengan memiliki penghasilan harian agar mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan surplus. Harus ada perubahan mindset petani untuk kreatif dalam, antara lain dengan memanfaatkan lahan kosong pekarangan untuk tanaman yang memiliki nilai jual lebih menjanjikan.
“Untuk itu, ke depan KSK harus mampu menjadi bagian dari komunitas yang mencerdaskan petani. Sementara, pemerintah sebagai institusi dengan segala kekuasaan yang dimilikinya sangat mungkin dan harus berfikir serius kepada petani,” kata ia.
Untuk memproteksi hasil inovasi dan kreativitas petani, semacam pupuk buatan sebagai jawaban atas kelangkaan dan mahalnya pupuk, diperlukan regulasi semacam perda. Ini sekaligus memproteksi petani dari persoalan hukum yang dihadapi dari hasil inovasi dan kreativitasnya.
Alham M. Ubay, mewakili kelompok tani pinggir hutan, memberikan solusi terhadap meraja-lelanya tengkulak. Ia mengusulkan, menarik langsung investor untuk produksi hasil panen petani.
Beberapa kelompok tani yang hadir memberikan paparan bagaimana bertani yang cerdas. Artinya, dengan lahan terbatas, bagaimana bisa menghasilkan yang tak terbatas.
Dry Subagio, ketua KSK, dalam sambutannya membeberkan, hasil diskusi akan dilakukan kajian akademis dengan masukan ahli dalam memberikan sumbagsih pemikiran terhadap lahirnya perda perlindungan petani yang sejak digagas 2019 belum ada titi cerahnya hingga hari ini.
Jimi Junaidi, ketua HKTI Bojonegoro, memberikan apresiasi terhadap KSK yang memiliki respon terhadap eksistensi petani. (*)