Oleh: Moh. Husen
mepnews.id–Tak terasa puasa Ramadhan usai. Kemudian masuk Idul Fitri. Rasanya begitu cepat. Saya coba mengingat-ingat apa saja yang telah saya kerjakan selama bulan Ramadhan, namun tak bisa. Seakan kosong begitu saja dan belum melakukan apa-apa atas hadirnya bulan mulia ini.
Sebagai orang yang kurang punya nyali untuk tampil beda, terus terang saja saya bersyukur dengan bulan puasa. Kalau tak ada bulan puasa, meskipun saya percaya bahwa puasa itu penting, namun belum tentu saya bersedia puasa di tengah hamparan manusia yang makan minum kapan saja tanpa puasa.
Di warung kopi saja, saya belum berani tampil beda seperti pengangguran. Saya berkelakar tapi serius kepada seorang kawan: “Kaos ini saya beli sendiri, saya sablon sendiri, ada logonya dan ada nama saya supaya saya tidak disangka pengangguran, hehehe….”
Saya membayangkan bagaimana tegarnya Nabi Muhammad Saw tatkala menyeru Tuhan bukanlah patung Latta dan Uzza. Allah Tuhan Yang Maha Hidup. Tiada Tuhan selain Allah. Dan Muhammad adalah utusan-Nya. Jelas itu seruan yang ‘sangat tampil beda’ di tengah mayoritas penduduk jahiliyah Mekkah.
Nah, karena untuk berani tampil beda harus punya nyali, maka saya menjadi ragu-ragu tatkala dalam benak batin saya ingin menulis bahwa takbiran yang agung itu tidak cocok untuk didangdutkan, dikoplokan dan didiskotikkan. Bukan karena dangdut jelek, tapi tidak semuanya cocok didangdutkan.
Kemudian saya browsing mencari pendapat tokoh yang sekiranya senada dengan isi benak saya itu. Alhamdulillah, ternyata ada, meskipun tidak bisa saya publish di sini. Orang lebih percaya pendapat tokoh daripada pendapat itu sendiri.
Meskipun sekadar bilang jangan menggenggam api agar tangan tak terbakar, tapi kalau tak ada pendapat tokoh, apalagi tokoh Barat yang menyatakan demikian, bisa-bisa kesimpulannya api itu dingin, dan yang bilang api itu panas adalah orang gila.
Ah, kok jadi ngelantur.
Begitu bunyi sirene puasa terakhir Ramadhan menyebar hingga terdengar masuk ke telinga, saya langsung teriak: “Yes, besok lebaran. Kapan saja boleh bebas ngopi-ngopi, hehehehe…”
Rupanya selama Ramadhan kemarin saya seperti setan yang dibelenggu tak bisa ngopi dan lain-lain di sembarang waktu. Atau jangan-jangan saya ini memang setan.
Selamat memasuki Idul Fitri 1443 H. Minal aidzin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd.
Banyuwangi, 1 Mei 2022