Speech Delay dan Tips Pencegahannya

mepnews.id – Belajar berbicara menjadi salah satu fase penting dalam proses tumbuh kembang anak. Perkembangan ini umumnya dimulai pada usia 3 bulan saat anak bereaksi terhadap ekspresi orang di sekitarnya. Namun, terdapat kasus kesulitan menyampaikan apa yang diinginkan dalam bentuk lisan walau si anak sudah menginjak usia hampir 2 tahun. Kondisi ini disebut ‘keterlambatan bicara’ atau speech delay.

Dr Dewi Retno Suminar MSi Psikolog, dosen Fakultas Psikologi di Universitas Airlangga, menjelaskan speech delay adalah kondisi keterlambatan bicara dilihat dari waktu perkembangan yang seharusnya. Ciri-ciri speech delay dapat dilihat ketika anak pada saat perkembangannya sudah mampu berbicara namun anak tersebut belum mampu melakukannya.  “Atau, bisa berbicara namun kata-katanya tidak dapat dimengerti atau sulit dipahami.”

Kondisi speech delay dapat dideteksi dari aspek klinis dan aspek pengasuhan. “Aspek klinis dimulai dari anak dalam kandungan sampai awal kelahiran. Misalnya, adanya gangguan selama kehamilan, kelahiran prematur, mengalami kejang atau berat badan lahir bayi kurang, dan lain-lain,” ungkap Dewi.

Kondisi-kondisi klinis itu dapat menyerang area bicara dalam otak dan dapat menyebabkan anak tidak tumbuh optimal. Dalam kasus ini, ada kemungkinan gangguan perkembangan lainnya seperti autisme, retardasi mental, dan ADHD.

Dari aspek pengasuhan, Dewi mengungkakan speech delay bisa terjadi karena kurangnya stimulasi bicara selama proses pengasuhan. Terkadang, orang tua atau pengasuh cenderung memberikan gadget atau membiarkan anak menonton televisi sendirian agar si anak tetap diam. “Dalam kondisi ini, bahasa ekspresif anak menjadi lambat karena anak paham bahasa namun tidak mampu mengekspresikan bahasa melalui berbicara,” tegas Dr Dewi.

Deteksi Dini 

Kondisi speech delay pada anak dapat dideteksi sejak dini. Ketika bayi lahir prematur dan berat badan kurang, maka orang tua harus ekstra dalam memberikan stimulasi awal bagi anak. “Demikian juga ketika dalam proses perkembangannya si anak tidak menunjukan reaksi pada ekspresi orang tua saat mengajaknya berbicara di usia 3 bulan,” ujarnya.

Deteksi dini sebaiknya dilakukan oleh orang tua. Mereka lah yang tahu betul keseharian anak-anaknya. Ketika mengetahui adanya perkembangan yang tidak seharusnya, orang tua dapat konsul ke psikolog atau dokter.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua agar anak terhindar dari kondisi speech delay. Salah satunya dengan menjaga kondisi kandungan selama fase kehamilan agar jangan sampai sang ibu stres. Perhatikan pula asupan makanan ibu hamil.

“Terus berikan simulasi selama selama fase tumbuh kembang anak, terutama pada fase awal. Ajak anak berbicara walau belum merespon. Ingat, mengajari anak mengenai bagaimana mengeluarkan suara akan membantu anak untuk menirukan suara,” pungkasnya. (*)

Facebook Comments

Comments are closed.