Mutiara Terpendam di Jurang Fantasi

Oleh: Ardi Samudra

mepnews.id – Banyuwangi merupakan kabupaten di ujung timur pulau Jawa berbatasan langsung dengan Selat Bali. Di wilayahnya, ada banyak panorama alam sangat memukau. Silakan menikmati Blue Fire di Gunung Ijen, Tanam Nasional Alas Purwo, Teluk Hijau, Pantai Merah, Rajegwesi, Plengkung, Watu Dodol, dan banyak lagi lainnya. Semua tercipta atas kehendak Yang Maha Kuasa.

Sayangnya, wabah COVID-19 sempat meluluh-lantakan perekonomian, terutama di bidang pariwisata. Untuk mengendalikan wabah, pemerintah memberlakukan berbagai aturan. Mulai dari dilarangnya warga asing keluar-masuk Indonesia, diberlakukannya PPKM, hingga dibekukannya beberapa aktivitas masyarakat. Tak pelak, pandemi berimbas pada sepinya objek pariwisata.

Untuk mengantisipasi itu, Bupati Ipuk Festiandani Azwar Anas mencanangkan program ‘Banyuwangi Rebound’. Program ini bermakna mengikat, merajut dan meningkatkan kembali perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Gerakan menyeluruh ini menjangkau semua sektor. Diharapkan semua warga mau dan mampu bahu-membahu serta bekerja sama meningkatkan perekonomian.

Seruan itu disambut baik Misadi. Kepala Desa Jambesari itu terus membangun destinasi wisata Jurang Fantasi. Destinasi itu berlokasi di Dusun Delik II Rt. 03/ Rw. 02 Desa Jambesari, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi. Maka, pada masa pendemi, objek wisata ini masih berkegiatan.

Pembuatan Jurang Fantasi diawali oleh himbauan bupati sebelumnya, Abdullan Azwar Anas, yang menyerukan pembuatan tempat-tempat wisata di tiap desa guna meningkatkan perekonomian. Jika ada satu objek wisata dengan pengunjung membludak, otomatis muncul pula pedagang dadakan di kanan-kiri objek tersebut sehingga perekonomian warga desa turut meningkat.

Awalnya, jurang di Desa Jambesari kurang terawat bahkan benar-benar terlantar. Tidak ada yang tertarik mengelola untuk bercocok tanam maupun berkebun. Karena di tengah jurang, warga enggan untuk turun-naik mengelolanya.

Tapi, Misadi mempunyai ide cemerlang. Ia menciptakan tempat wisata sambil merangkul semua warga sekitar untuk bekerja sama mengelolanya. Misalnya, warga bisa membuka kedai minuman dan makanan bagi pengunjung yang datang menikmati objek wisata tersebut.

Sejak berdiri tahun 2018, pelan tapi pasti, Jurang Fantasi mulai terkenal. Awalnya hanya mata air biasa, sekarang menjadi tempat wisata dengan kolam renang. Meski lokasinya di tengah jurang, panorama indah bisa ditemui. Maka, warga luar desa mulai berdatangan merasakan sejuk dan segarnya suasana.

Untuk menuju objek wisata itu, pengunjung melewati jalan berkelak-kelok, naik-turun, dengan pemandangan sawah dan pepohonan menjulang. Perjalanan tidak membosankan karena ada hembusan angin sepoi-sepoi menyegarkan. Terkadang ada burung terbang turun di pepohonan, berjalan, bahkan meloncat-loncat di tanah.

Memasuki kawasan itu, pengunjung disajikan pemandangan yang mulai memudar di perkotaan. Antara lain kegiatan bercocok tanam, membajak dan memanen sawah oleh para petani. Jadi, jangan kaget saat melewati jalan tersebut lalu tiba-tiba ada sapi berjalan dengan tubuh besar dan menakutkan. Tak perlu lari, karena sapi-sapi itu sudah jinak.

Siang hari, banyak petani bersantai di pinggir jalan seraya menikmati hidangan yang dibawa dari rumah. Mereka begitu rukun dan guyup saat makan bersama diselingi canda tawa di bawah bayangan pepohonan melambai-lambai diterpa angin. Unik bukan?

Udara begitu segar berhembus pelan menggetarkan ranting-ranting pepohanan. Jauh dari kata bising, apalagi suara knalpot kendaraan. Cocok bagi mereka yang ingin refreshing menyegarkan pikiran dari kepenatan rutinitas padat. Kicauan burung di pohon menjulang, menambah pemandangan desa yang mengagumkan.

Jangan khawatir saat berendam siang di bawah terik mentari, karena sekeliling Jurang Fantasi dipenuhi pepohonan. Rimbunnya daun siap meredam panasnya matahari. Air kolam juga menyajikan kesejukan tersendiri, apa lagi terdapat aliran sungai di samping kolam tersebut. Pokoknya, seperti di syurga!

Foto diambil saat Banyuwangi zona hijau dan anak-anak sudah vaksin kedua.

Lahan Jurang Fantasi 800 m2 dengan tiga kolam.

  • Kolam pertama 4 x 4 meter dengan kedalaman 80 cm.
  • Kolam kedua 4 x 12 meter dengan kedalaman 1 m.
  • Kolah ketiga 10 x 18 meter dengan kedalaman 1,45 – 1, 75 meter.

Fasilitas yang disediakan:

  • Ruang karaoke keluarga
  • Kamar mandi
  • Warung / rumah makan,
  • Tempat bersantai di pinggir-pinggir kolam.

Menurut Misadi, air kolam berasal dari mata air pegunungan. Jadi, jangan khawatir tentang kebersihannya. “Kabupaten Banyuwangi memiliki ratusan mata air dengan kebersihan dan kejernihan luar biasa, serta tidak berbau. Jangankan mata air, air hujan pun tidak terasa masam. Dapat dimanfaatkan untuk beberapa keperluan.”

Tertarik? Untuk mencapai tempat itu, bukanlah hal sulit. Awali perjalanan dari tempat tinggal Anda, menuju SDN Boyolangu 1 di Kecamatan Giri. Dari situ, terus saja ke barat sampai menemukan kantor Desa Jambesari. Dari situ, Jurang Fantasi hanya 1 Km sebelah barat.

Menjelang memasuki Jurang Fantasi, ada jembatan kayu beralaskan gedheg (anyaman bambu). Jangan khawatir. Jembatan itu cukup kuat karena ditopang beberapa kayu besar di bawahnya. Jembatan itu bisa dilewati kendaraan roda 2. Yang penting, tetap berhati-hati dan tidak berloncat-loncatan saat melewatinya.

Tiket masuk bagi anak dan orang tua Rp 3.000; murah bukan? Makanya, berkunjunglah ke Jurang Fantasi. Pasti kalian akan tertarik untuk kembali. Ajak keluarga besar kalian. Beberapa sekolah di Banyuwangi juga sudah datang, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan. Siswa-siswi sekolah tersebut sudah vaksinasi tahap 2.

Saat menemani putra-putri kita berenang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Beri pemahaman mengenai kolam mana yang bisa digunakan atau tidak. Terkadang, ada anak SD dan TK yang mempunyai keingintahuan sangat tinggi sehingga ia mencoba semua kolam. Tentunya hal ini nggak boleh terjadi bagi yang belum bisa berenang.

Untuk mencegah hal yang tidak di inginkan, pengelola Jurang Fantasi menyediakan ban renang untuk anak-anak, tentunya dengan pengawasan orang tua.

 

  • Penulis adalah guru di SDN Tamanbaru, Banyuwangi

Facebook Comments

Comments are closed.