Menulis dan Teori

Oleh: Moh. Husen*

mepnews.id–Sebuah pemikiran boleh-boleh saja berteriak: “Siapa yang bilang menulis itu mudah? Coba kita lihat bersama seperti apa hasil dia menulis. Lha wong perihal titik koma spasi dan huruf besar kecil saja belepotan kayak gini kok…”

Waduh. Saya juga ngeri kalau sudah ditabrak perihal tata bahasa, KBBI, PUEBI, dan sejenisnya. Saya sendiri hanya suka menulis. Belum bisa disebut penulis. Meskipun buku saya sudah tiga dan berencana empat.

Saya bisa memahami jika ada yang bilang menulis tidak mudah. Saya sepakat. Tapi saya juga sepakat, jika ada yang mengatakan menulis itu mudah. Keduanya saya sepakat.

Sebagaimana saya sepakat bahwa hidup ini sulit, tapi juga jangan dimutlakkan seratus persen bahwa hidup ini sulit. Masih banyak hal yang perlu kita syukuri sebagai kemudahan dari berbagai rumitnya hidup. Setidaknya masih bisa bernafas, sehat wal afiat, dan seterusnya.

Untunglah dalam hidup yang indah ini kita ‘tertolong’ dengan berbagai contoh yang ada. Kalau kita malas menulis, kita bisa berdalih: “Santai. Guru atau dosen Bahasa Indonesia saja jarang menulis. Meskipun setahun sekali, belum tentu mereka bikin artikel, puisi, cerpen, esai, apalagi karya ilmiah…”

Kalau kita masih miskin dan tak kunjung sukses, kita masih bisa lega dengan mengatakan kepada diri sendiri bahwa berjuta-juta orang miskin masih berkeliaran di sekitar kita. Namun tak pernah disangka miskin karena tidak berbisik: “Saya miskin lho pak….”

Kalau saya ditanya menulis itu sulit atau mudah? Saya jawab, keduanya itu teori. Orang boleh-boleh saja berteori menulis itu sulit dengan tujuan agar memang menulis itu tidak boleh ngawur dan harus ada ilmunya.

Orang juga boleh berteori menulis itu mudah dengan tujuan agar segera menulis, jangan takut salah, asal belajar terus serta bersedia menerima saran dan masukan.

Dari berbagai pendapat tentang menulis, serta dari mengikuti pelatihan-pelatihan menulis di mana saja dan dengan siapa saja, pertanyaan yang memojokkan kita hanya satu: “Sudahkah kita menulis meskipun satu paragraf?”

Banyuwangi, 14 Desember 2021

*Penulis buku Obrolan Lockdown. Tinggal di Rogojampi-Banyuwangi.

Facebook Comments

Comments are closed.