Menulis, Mulai Dari Mana?

Oleh: Moh. Husen

mepnews.id – Karena hingga sekarang saya bukan penulis, maka pertanyaan “menulis mulai dari mana?” kerap muncul di kepala saya.

Jangan-jangan saya juga bukan manusia sehingga dalam kepala saya juga rajin bertanya: “Besok dapat rejeki dari mana?”

Kepada seorang teman saya bilang menulis itu mudah. Tinggal ditulis saja. Adanya di kepala huruf A ya ditulis A, kemudian loncat B, C atau tiba-tiba ada kata-kata aku mau mandi, lantas pergi ke pasar, dan seterusnya. Tulis saja. Pokoknya tulis.

Nanti dibaca lagi, kemudian diedit sendiri mana yang sekiranya enak untuk dipublikasikan. Nggak perlu takut jelek, asalkan besok nulis lagi, dan membaca lagi. Menulis dan membaca, menulis dan membaca. Terus saja begitu. Jadi bayi tidak apa-apa, asalkan terus tumbuh.

Kalau ada yang mengkritik, sekali-kali ditantang: “Mana tulisanmu Bung, hehehehe…” Sekali saja guyon nantang begitu. Jangan sering-sering. Atau sebaiknya tidak perlu nantang-nantang begitu juga sangat baik. Biasa saja. Landai-landai saja.

Orang sok jago itu biasanya cuma berani terang-terangan menghardik bayi dan anak TK. Begitu menghardik penguasa dan orang kaya, seribu satu alasan bermunculan untuk diam saja.

Yang begitu itu adalah saya sendiri. Mana berani saya melawan orang kaya. Nggak berani. Orang kaya berani istiqomah tidak menyapa saya duluan. Lha saya kan pengecut. Jadinya saya halo-halo terus kepada orang kaya dan penguasa.

Penguasa dan orang kaya itu beraneka ragam. Terkadang diri kita sendiri ini penguasa yang sangat angkuh. Diajak mandi saja sulitnya minta ampun. Mungkin bisa diteruskan sendiri: diajak senyum, tidak pelit, rendah hati, guyon, dan seterusnya, sulit sekali.

Orang kaya pun begitu. Bisa jadi contoh orang kaya adalah saya sendiri. Jelas-jelas besok harus dapat uang bensin dari mana, tapi justru melampiaskan diri dengan ngajak guyon kiri kanan. Kalau bukan orang kaya, kan nggak bisa seperti itu.

Nah, intinya, kalau mau menulis, menulislah. Banyak kebaikan yang perlu diabadikan melalui sebuah tulisan. Perkara mau dari mana, terserah. Bisa dari warung kopi, perpustakaan, kampus, dan lain-lain. Kalau ada yang ngasih masukan dan kritik, terimalah.

Jangan takut salah, jangan takut tersesat. Namun jangan sengaja salah dan sengaja tersesat. Menulislah dengan niat baik, dengan niat tidak ingin tersesat dan keliru. Bismillah.

(Banyuwangi, 26 September 2021)

Facebook Comments

Comments are closed.