Selamat Jalan Yai Muzammil, Ini kah Kejutan Itu?

Oleh: Moh. Husen

mepnews.id – “Ya Allah, tangguhkanlah kepergian Kiai Muzammil. Jangan sekarang ya Allah. Terlalu cepat…” Itulah yang terucap dari mulut ini, tatkala membaca kabar duka meninggalnya Kiai Muzammil melalui akun Facebook Pak Toto Rahardjo.

Benar-benar duka. Duka yang mendalam sekali. Jangan pergi dulu Kiai Muzammil. Sampeyan ini orang baik. Jangan pergi dulu. Tak menyangka Sampeyan pergi secepat itu, Kiai Muzammil.

Tahun 2017, entah bulan apa saya lupa, seingat saya saat Cak Nun tidak bisa hadir di Bang-bang Wetan karena acara ke luar negeri, ketika itu saya duduk sendirian di halaman depan Balai Pemuda Surabaya tempat acara Bang-bang Wetan dilaksanakan.

Tiba-tiba sebuah mobil dengan klaksonnya memanggil saya. Saya terkejut. Ternyata Yai Muzammil. “Sendirian? Tasnya taruh di mobil saya saja…” Begitu sapa beliau.

Saya salim, bertegur sapa, sembari masuk mobil, naruh tas di kursi belakang, kemudian jalan menuju lokasi parkir di gedung Balai Pemuda tersebut.

Sebelumnya, sejak tahun 2013 saya sudah berkomunikasi dengan beliau. Waktu itu masih pakai SMS. Saya masih ingat betul tatkala pertandingan sepak bola U-19 tahun 2013, Yai Muzammil turut kirim pesan kepada saya untuk mendoakan kemenangan U-19.

Setelah turun dari mobil di lokasi parkir Balai Pemuda itu, Yai Muzammil nitip kunci mobilnya ke saya karena toh nanti pulangnya bareng, saya nunut minta diantar ke Stasiun Gubeng, beliau pulang ke Madura terlebih dahulu sebelum tancap ke Yogyakarta.

Setiap bisa mendatangi acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng bila di seputaran Jawa Timur, saya sering kontak beliau. Mengabarkan kalau saya hadir serta berharap bisa bertemu beliau untuk kangen dan salaman mengobrol sepatah dua patah kata jika sempat.

Terakhir kali saat Sinau Bareng di Lumajang, saya kontak Yai Muzammil. Beliau lalu video call menanyakan lokasi. Kebetulan saya sudah di lapangan Lumajang, lalu saya share lock dan usai acara saya temui beliau Yai Muzammil, Cak Nun dan Kiai Kanjeng di lokasi ramah tamah.

Setelah itu saya mengikuti kabar-kabar beliau melalui akun Facebook atau WhatsApp beliau. Saya jarang komen. Paling hanya like. Kabar beliau sakit juga awalnya saya ketahui dari Facebook Imam Bukhori seorang sahabat Kalimantan yang sekarang nyantri di Pesantren Rohmatul Umam Yogyakarta milik Yai Muzammil.

Memasuki pukul 00.00 wib dini hari 27 Mei 2021, sembari ngopi di warkop seorang kawan yang free wifi, saya mengikuti live streaming acara Padhangmbulan Jombang yang diakhiri dengan shalawat dan ucapan selamat ulang tahun ke-68 untuk Mbah Nun yang malam hari itu hadir.

Di akhir Padhangmbulan dini hari itu, selain Mbah Nun meminta doa kesembuhan untuk Yai Muzammil yang tengah di rawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Mbah Nun juga berpesan: “Insya Allah akan ada kejutan-kejutan yang sampai ke Anda masing-masing.”

Tentu kejutan yang dimaksudkan beliau adalah kejutan yang positif, min haitsu la yahtasib, yang tak disangka-sangka. Seperti, Mbah Nun saat Padhangmbulan malam itu kedatangan tamu bule dari Spanyol serta kedatangan sahabat Mbah Nun, Mas Weldo pria dari Bali bertato menyeluruh tubuh dari muka hingga kaki.

Tidak sampai jam 1 malam live streaming selesai, saya pulang. Hampir shubuh saya buka Facebook dan menemukan kabar duka. Ya Allah, Yai Muzammil telah meninggal dunia sekitar pukul jam 02.44 wib di RS PKU Muhammadiyah Yogya.

Apakah meninggalnya beliau termasuk salah satu kejutan yang disampaikan Mbah Nun saat itu?Wallahu a’lam.

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiu’un. Rasa tak percaya, namun terjadi, dan harus direlakan untuk pergi memasuki kehidupan yang abadi. Kematian adalah pintu bertemu Sang Kekasih.

Allahummaghfir lahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu anhu. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan oleh Allah.

Selamat jalan K.H. Ahmad Muzammil. Rasa-rasanya para malaikat tak perlu bertanya yang ruwet-ruwet kepada Sampiyan. Ahli wudhu’ dan tawadhu‘ seperti Sampiyan langsung disambut Kanjeng Nabi. Ngopi-ngopi dan bercanda ria di sana.

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.

(Banyuwangi, 27 Mei 2021)

Facebook Comments

Comments are closed.